by Gita Savitri Devi

11/25/2018

Apakah Gue Seorang Muslim Liberal?

Beberapa bulan belakangan ini gue sering banget mendengar asumsi dari para netijen yaitu gue memiliki paham liberal. Awalnya gue baper. Karena sebagai orang yang dulu mengidentfikasi diri sebagai konservatif, gue merasa diserang oleh orang-orang dari kubu gue sendiri. Yah, gimana enggak? Pertama kalinya gue mengunggah video Beropini tentang dugaan pelecehan agama yang dilakukan oleh Joshua Suherman dan Ge Pamungkas, respon yang gue dapet cukup liar. Selain disebut-sebut JIL, gue juga disebut hijaber yang tidak islami sama sekali karena gue nggak marah ketika agama gue dijadikan bahan tertawaan.

Sejak saat itu ada banyak konten gue lainnya yang mengundang respon liar netijen konservatif. Salah satunya adalah ketika gue mengunggah foto dengan Mbak Hannah Al Rashid. Di saat itu gue senang banget akhirnya bisa ketemu dia. I adore her because she's fearless karena dia publik figure yang nggak takut untuk bersuara. Sedikit gue tau, ternyata Mbak Hannah udah dicap sebagai pro-LGBT dan auto-laknat oleh kubu tersebut. Alasannya? Gara-gara dia ikut Women's March, yang dianggap sebagian orang adalah gerakan mendukung LGBT di Indonesia.

Sampai saat itu entah ada berapa banyak komentar-komentar netijen yang secara gamblang dan tanpa basis menyebut gue sebagai muslim liberal. Yang tadinya baper, gue sekarang jadi punya invisible shield. Yang tadinya sakit hati, sekarang jadi nggak berasa apa-apa kalo ada yang nyebut gue liberal. Bahkan nyebut gue kafir sekalipun.

Di saat yang bersamaan, gue menjadikan ini sebagai kesempatan untuk berkomunikasi dan mengajak si accuser untuk sedikit elaborasi. Sebenarnya apa yang mendasari asumsi mereka tersebut? Hingga detik ini, dari sekian banyak orang yang gue japri di direct message, nggak ada yang bisa ngejelasin kenapa dia nyebut gue seperti itu.

Oh, gue jadi inget ada satu kejadian lucu. Bagi yang mengikuti gue, mungkin kalian tau lah waktu itu ada satu selebgram pendakwah yang call out gue sebagai sekuler di IG story-nya. Dari sekian banyak netijen yang komen nyuruh gue ke neraka, ada salah satu orang yang gue japri. Dia bilang gue sekuler, lalu gue tanya sekuler itu apa. Gue nggak ngibul. Dia literally jawab begini:

"Sekuler itu orang yang nggak bisa ngebedain mana yang baik dan mana yang buruk."

Jawabannya sungguh tidak memuaskan. Ternyata ada orang di luar sana yang tidak terlalu tau apa yang sedang dia bicarakan.

Ada satu lagi pernyataan lucu satu netijen yang ditujukan kepada gue. Dan lagi, ini beneran. Dia bilang, "Kakak suka sama ceramah Quraish Shihab. Kakak merasa yang dilakukan pelawak itu bukan pelecehan. Kakak nanti tahun 2019 pilih Jokowi, ya?".

Di situ gue bertanya-tanya, di mana korelasi antara ceramah Quraish Shihab sama preferensi politik gue. Tapi dipikir-pikir memang itu lah yang sedang terjadi di Indonesia. Pandangan seseorang terhadap suatu hal bisa dihubungkan ke siapa presiden yang akan dia pilih, entah bagaimana caranya. Apakah orang kita sudah overdosis drama Cebong dan Kampret? Bisa jadi.

Namun, dia jadi makin bingung setelah gue beritahu jawaban gue. "Tahun 2014 gue pilih Prabowo. Pilgub gue dukung Anis-Sandi, tapi memang Ahok kerjanya oke punya. Gue ikutan Liqo yang mana adalah sistem tarbiyah-nya PKS. Untuk ulama Indonesia, gue seneng dengerin Quraish Shihab karena lebih humanis. Untuk urusan pelecehan agama yang katanya dilakukan pelawak ini, gue merasa dia nggak melecehkan Islam."

"Makin bingung nggak lo?"
"Iya, Kak. Aku bingung."

Tamat.

Anyway, daripada kelamaan nungguin para netijen ini untuk menjelaskan ke gue satu per satu alasannya nyebut gue liberal, pagi ini setelah terbangun dari mimpi, gue mendapat ilham untuk mencari tau sendiri.

Let's break it down:

Case 1: Gita liberal. Soalnya di video Creators for Change tahun lalu, dia menghadirkan seorang waria untuk jadi salah satu narasumbernya. Tandanya dia pendukung LGBT. Laknatullah!
Kata Gita: Seperti yang udah gue jelasin sampe seret tenggorokan di video PagiPagi episode 5 (kalau nggak salah), gue nggak setuju dengan konsep LGBT. Dalam pengertian gue, gender itu nggak fluid. Kalo nggak cowok, ya cewek. Kalo lo punya penis, tandanya lo cowok. Kalo lo punya vagina, tandanya lo cewek. Beda kalau kasus spesial di mana si orang punya dua alat kelamin. Mungkin di kasus tersebut, beliau bisa memilih. Begitu pula dengan pengertian gue mengenai identitas seksual seseorang. Laki-laki ya sama perempuan. Kalo kita ngomongin tentang LGBT yang membuat keluarga, menurut gue keluarga nggak bisa dibangun oleh Bapak dan Bapak atau Ibu dan Ibu. Di mata gue, peran Bapak dan Ibu itu idealnya mengkomplimen aspek tumbuh anak in different ways. Kalau ada muslim yang gay, ya gue nggak setuju. Karena menyalahi aturan agama. Tapi balik lagi, itu urusan dia sama Tuhan. Kalau dia bukan muslim, gue lebih nggak ngurusin lagi. In the end, hidup setiap manusia itu kompleks. Everyone is fighting their own battle. Gue nggak berada di posisi di mana gue bisa mengatur mereka. Bukan pula di posisi gue marah-marah ngelaknat mereka. Lantas, gue harus memusuhi teman-teman gue yang LGBT? Gue rasa tidak. Gue selalu mengajarkan diri gue dan mencoba untuk melihat seseorang lebih dari sekedar identitas seksual dia, agama dia, ras dia, dan apapun faktor personal lainnya. Temen-temen LGBT gue banyak dan mereka baik-baik banget. Makin ke sini, hal itu sih yang makin gue prioritaskan dalam pertemanan. Asalkan lo baik, faktor lain nggak terlalu penting.

Case 2: Gita liberal. Soalnya Gita nggak merasa Tretan Muslim dan Coki Pardede melecehkan agama. Di mana ghirah mu?!
Kata Gita: Mungkin karena gue sering nonton film-film dan video dari luar negeri, jadi referensi lawakan gue nggak sekadar ngata-ngatain fisik orang atau gebuk orang pake styrofoam kali, yah? Seperti halnya lawakan Joshua dan Ge, lawakan Muslim dan Coki tidak lebih hanya sekadar sarkasme terhadap beberapa orang muslim di Indonesia yang fanatik buta. Gue yakin nggak cuma gue doang, ada banyak orang lain yang merasa kelompok ini terlalu keras dalam berdakwah. Kerjanya mengkafir-kafirkan orang seenaknya, melabeli orang dengan kata-kata tidak pantas, bahkan sampai mencaci-maki orang yang berseberangan dengan mereka. Ironisnya, kelakuan mereka sama sekali nggak mencerminkan agama yang katanya sedang mereka bela. Islam sendiri artinya peace, kedamaian. Apakah mencaci-maki orang itu perbuatan damai? Buat gue, pelecehan agama adalah Geert Wilders, pemimpin oposisi anti Islam di Belanda yang sengaja membuat kontes menggambar karikatur Rasulullah SAW. Seperti halnya yang pernah dilakukan oleh koran Charlie Hebdo. Kalo nggak setuju sama Islam ya monggo, tapi nggak perlu menghina. Contoh pelecehan agama lain adalah orang-orang yang ngebom kanan-kiri dan ngakunya lagi jihad membela agama. Jelas-jelas Islam nggak pernah nyuruh kita bunuh orang, tapi tetep aja dilakuin. Imbasnya sudah pasti ke muslim moderat lain yang jadi korban Islamophobia. Kalo si ekstrimis mungkin sudah naik ke khayangan sana dan ditemani oleh 72 virgin angels seperti yang dijanjikan ajarannya.

Case 3: Gita liberal. Soalnya dia pernah bilang di video Beropini seorang artis yang lepas kerudung kalau pada akhirnya itu pilihan dia karena kerudung adalah perkara pribadi yang sensitif. Mbak, hijab itu wajib hukumnya buat wanita muslim!
Kata Gita: Hallease, sesama ambasador Creators for Change tahun ini, memfitur gue di dalam videonya yang membahas tentang headwraps. Di videonya tersebut, gue menjelaskan konsep dari kerudung dalam Islam dan apa yang mendasari keputusan gue untuk menutup aurat. Gue bilang bahwa kerudung itu wajib hukumnya dan sudah tertulis di Al-Quran. Makanya sejujurnya gue nggak setuju jika ada muslim yang bilang bahwa kerudung itu pilihan. "Git, tapi kan lo bilang lo feminis? Feminism is all about choice. Women can wear whatever they want!". Nah, ini poin yang sebenarnya ingin gue sampaikan lewat tulisan ini. Setiap pemahaman yang masing-masing orang miliki, selalu memiliki nuance. Seringkali, kacamata hitam dan putih nggak cukup untuk membantu kita memahami sesuatu. Contoh: ada beberapa muslim yang beranggapan ngebom dan membunuh orang kafir adalah bentuk dari jihad. Ada juga yang nggak, termasuk gue. Maka dari itu, nggak bener dong pernyataan para white supremacist di luar sana yang bilang bahwa Islam adalah agama teroris? Karena kita nggak bisa melihat muslim dari satu kacamata aja, kacamata para muslim ekstrimis. Balik lagi ke kerudung. Gue percaya kerudung adalah kewajiban. Tapi pada akhirnya kerudung itu berhubungan erat banget dengan perjalanan spiritual setiap muslimah dalam mencari Tuhannya. Pada akhirnya setiap muslimah berhak untuk menentukan sendiri, jalan seperti apa yang mau dia telusuri. Netijen nggak ada urusan dan sebetulnya nggak berhak untuk mendikte pencarian Tuhan seseorang. Wallahualam kalau nantinya di akhirat, fakta bahwa si muslimah tidak pakai kerudung saat di dunia dulu akan dihisab oleh Allah SWT. Kalau urusan hisab, gue merasa gue tidak berada di posisi di mana gue bisa berkomentar banyak. Karena gue punya dosa gue sendiri yang harus gue urusin.

Case 4: Gita liberal. Soalnya dia bilang dia feminis. Feminisme itu paham barat! Barat itu negara-negara kafir!
Kata Gita: Seperti yang gue bilang di atas, pemahaman seseorang terhadap sesuatu pasti ada spektrumnya. Jika lo nanya gue apa arti feminisme untuk diri gue sendiri, kemungkinan besar jawabannya akan berbeda ketika lo bertanya dengan orang lain. Karena gue muslim, ada beberapa paham di dalam feminisme yang bertabrakan dengan agama gue. Dan kewajiban gue adalah mengambil yang baik dan membuang yang gue kira buruk. Ada beberapa feminis yang beranggapan pria dan wanita tidak ada bedanya. Gue kurang setuju. Secara biologis, fisik, dan psikologi, pria dan wanita diciptakan berbeda. Maka dari itu kedua gender memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda. Itulah mengapa kita harus saling menghargai hal tersebut dan kemudian saling melengkapi. Ada beberapa feminis yang merasa wanita harus di atas pria. Dengan alasan yang sama seperti di atas, gue nggak setuju dengan pernyataan ini. Buat gue, feminisme bukan ajang di mana kita, wanita, mau main lebih-lebihan dibanding laki-laki. Menurut gue, lebih bijak jika kita semua be fair. Buat gue, feminisme adalah kesetaraan. Kesetaraan bukan berarti sama. Keresahan yang gue miliki adalah bagaimana pandangan beberapa orang terhadap wanita. Wanita dianggap seperti second gender yang cukup berkontribusi urusan dapur sama bikin anak aja. Imbasnya ada banyak orang yang merasa kalau wanita sekolah terlalu tinggi, maka dia akan susah cari jodoh dan ilmunya akan sia-sia. Terlebih dengan maraknya kejadian pelecehan seksual. Ini menandakan banyak banget cowok di luar sana yang memandang cewek hanya sebatas objek seksual. Dan nggak sedikit wanita yang juga terjebak di dalam budaya patriarki tanpa mereka sadari. Temennya abis kena grepe cowok di angkutan umum, responnya malah "Yah, lo nggak berhijab sih.". Seakan-akan wanita muslim berjilbab agar terhindar dari pelecehan seksual yang mungkin akan dia alami. Nah, menurut gue ini juga salah satu pelecehan agama nih. Memakai ayat Allah SWT untuk menyudutkan suatu kaum dan mendukung kaum lainnya. Dengan tameng ayat Allah mengenai perintah kepada muslimah untuk menutup aurat, oleh beberapa orang dimanfaatkan untuk mempertahankan budaya patriarki agar makin kental di negara ini. Sedihnya, karena banyak banget yang setuju dengan jargon "berhijablah, maka niscaya kamu akan terhindar dari pelecehan", banyak orang yang nggak familiar dengan Islam merasa Islam adalah agamanya yang tidak ramah perempuan. Feminisme adalah paham di mana seseorang percaya bahwa setiap gender berhak mendapatkan respek dan kesempatan yang sama dan tidak ada superiority di dalamnya. And I'm all for it.

Case 5: Gita liberal karena dia nggak mendukung gerakan nikah muda. Mending nikah muda daripada zina!
Kata Gita: Lawan dari berzina adalah tidak berzina, bukan nikah muda. Buat kebanyakan orang, menjadi suami ataupun istri adalah tujuan dalam hidupnya. Peran tersebut juga dibarengi dengan tanggung jawab yang besar. Gue seneng sama orang-orang yang tau diri. Tau bahwa dirinya belum siap secara materi dan belum juga siap dalam aspek kedewasaan, lantas dia masih belum berani untuk meminang calon istri. Beda ceritanya sama orang-orang yang jelas-jelas masih labil, tapi isi otaknya cuma kawin doang. Alasannya, menikah itu mendatangan rezeki. Yaa... Mungkin bener menikah mendatangkan rezeki. Tapi kalo masih misqueen tapi berani-beraninya claiming kalau dirinya pasti bisa membiayai satu manusia lagi, masih bocah tapi merasa sudah bisa membimbing sang wanita, bukan bunuh diri itu namanya? Lebih ngeselin lagi kalo si orang yang kebelet ini memanfaatkan ayat Quran untuk menjustifikasi aksinya. "Menikah itu menyempurnakan separuh agama.". Yang separuhnya lagi gimana? Memangnya udah sempurna? Gue sejujurnya sedih, makin ke sini perkara menikah makin menjadi tekanan di kalangan masyarakat. Kesannya kalau belum menikah itu sedih banget. Padahal siapa tau yang masih single itu lebih bahagia daripada yang udah nikah tapi tiap hari berantem terus. Kesannya jika sang pria maupun wanita wafat ketika masih single, mereka akan langsung ditolak oleh malaikat penjaga surga karena selama di dunia belum menikah. Belum lagi, beberapa orang yang gemar berkampanye nikah muda seakan-akan berkata inti dari segala kehidupan yang sungguh pelik ini adalah mencari pasangan. Seakan-akan menuntut ilmu sampai ke negeri Cina tidak penting. Seakan-akan menambah wawasan dan pengalaman hanya membuang waktu. Memberi mimpi semu, seakan-akan menikah adalah solusi segala masalah yang dia punya. Sebenernya pandangan gue sesederhana ini: menikah atau tidak menikah bukanlah urusan publik bersama. Mau menikah kapan aja, terserah si manusianya.

Case 6: Gita liberal. Soalnya Gita pernah bilang di IG story kalau dia pingin nunda punya anak. Anak itu rezeki, woy! Masa lo tolak?!
Kata Gita: Gue udah hidup di dunia ini selama 26 tahun. Ada banyak banget yang gue dengar, yang gue lihat, dan yang gue alami, yang membuat gue belajar satu hal: punya anak itu susah banget. Karena ternyata anak itu bukan sekadar rezeki kayak lo dapet uang kaget dari Helmi Yahya, tapi tanggung jawab. Pertama soal finansial. Anak butuh dikasih gizi yang cukup, lebih malah. Nutrisinya harus terpenuhi apalagi di 1000 hari pertama dari dia di dalam janin. Karena kalo nggak, itu anak nanti bakal stunting. Stunting bukan cuma berefek ke pertumbuhan anak yang badannya jadi lebih pendek dari rata-rata, tapi ke perkembangan kognitifnya juga. Intinya kalo si ibu hamil kurang gizi (kurang zat besi misalnya) dan anaknya kurang nutrisi, memang si Ibu jadi punya keturunan. Tapi keturunannya lemot. Sementara kalau lo bereproduksi, lo maunya anaknya jadi anak yang pinter. Biar pas gede nggak jadi sampah masyarakat dan gampang dibegoin sama hoax. Kedua soal pendidikan akademik. Ini masih berhubungan dengan perkara finansial. Lo mau menyekolahkan anak lo di tempat yang menurut lo terjamin kualitasnya. Biasanya sekolah yang bagus, maka bagus pula SPP-nya. Selain itu lo juga mau dia nggak cuma sekolah doang. Karena nyatanya hidup ini bukan cuma soal nilai dan ijazah. Anak lo harus punya kemampuan lain entah itu kemampuan bersosialisasi, berkomunikasi, berempati, seni, olahraga, bahasa asing, dan keterampilan lainnya. Berarti lo harus daftarin dia di kursus ABCD yang mana butuh biaya yang nggak sedikit. Ditambah lagi lo sebagai Ibu yang menyandang titel "madrasah pertama bagi sang anak" harus jadi Ibu yang pintar pula. Anak harus diajarin caranya bersikap, diajarin agama biar tau mana yang benar dan salah. Tapi di saat yang bersamaan, si Ibu harus ngajarin anaknya bertoleransi. Anaknya harus dibikin cultured biar gedenya nanti nggak misuh-misuh liat orang warna kulitnya beda sama dia atau liat orang yang cara beribadahnya beda. Gimana caranya supaya kita bisa jadi Ibu yang pintar? Banyak ketemu orang, banyak ngobrol sama orang, banyak baca, banyak nonton, banyak mengedukasi diri. Belum lagi komitmen yang harus kuat ketika kedua pasangan memilih untuk punya keturunan. Faktanya, banyak suami dan istri yang masih labil dan akhirnya berefek ke perkembangan psikis anak tersebut. Jadi begitu, Fernando Jose, nggak semua orang menganggap remeh punya anak. Karena kalau si anak tumbuh jadi orang yang bodoh, ignoran, rasis, dan pembenci. Sedikit banyak di situ ada tanggung jawab dari Emak-Babenya.

Begitulah kiranya jawaban-jawaban yang gue pertanyakan. Asli, gue jadi berasa lagi di talkshow Mas Deddy Corbuzier. Tapi yang jawab Mas Corbuziernya sendiri

Nah jadi pertanyaannya, gue liberal apa enggak sih?
Share:

146 comments

  1. Well, ini memang saatnya kita para penggiat medsos untuk bisa lebih open minded sih kak git, dan emang di Indo sendiri hal2 begitu lagi sensitif2nya, ngga ngerti kenapa, apalagi masalah politik sama pelecehan agama, adaaa aja tiap hari yang bisa dibahas yg terjadi di Indo. Ada temenku yang jadi pengikut kampret gitu kalo bikin story udah kayak yg benci banget sama presiden sekarang. Kerjanya ngga bener lah segala macem, dipikir jadi presiden itu gampang apa. Aku jadi kasian deh sama bapak presiden :(
    Untuk yang masalah artis lepas hijab itu emang disayangkan, tapi kita sebagai "orang lain" ngga punya hak menghakimi dia, kalo emang mau ngasi nasehat ya harusnya bukan di kolom komentar seperti yg para netijen lakukan itu sih ya kak, harusnya di dm gitu, dan cukup didoakan sajaa, biar dapet hidayah lagi terus mau pake hijab lagi. Cmiww

    Untuk masalah nikah muda sebenernya aku juga kurang setuju, di usiaku yg 23 tahun mulai dapat tekanan dari kanan kiri terutama keluarga buat buruan nikah, bahkan kakakku kuatir aku jadi perawan tua krn aku sendiri ngga lagi deket sama cowok atau yang gimana. Sampe-sampe minta tolong dicarikan calon ke tanteku, ke sepupu, dll. Soo risih banget. Padahal aku sendiri masih pengen sendiri, dan belum siap untuk nikah gitu, tanggung jawab boo berat, nikah bukan perkara enak-enak doang, apalagi kalo udah punya anak, tambah berat lagi. Intinya belum siap mental untuk membangun rumah tangga. Aku ngga pengen menikah krn orang lain, aku pengen nikah krn yaa aku sendiri yang mau dan aku siap untuk itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Exactly. Walaupun aku nggak voted Pak Jokowi, tapi aku bener-bener cringe banget kalau lihat orang yang sebegitu bencinya sampe mencaci-maki. Let him live and do his job!

      Girl, you do you. It's your life. Nggak usah takut kamu jadi perawan tua. I mean... What's wrong with that anyway?

      Delete
    2. Umur gue 28, gue punya pacar dan dia convert k muslim. Kita emang berencana mau menikah hanya saja entah mengapa blm terlaksana dan gue yakin Allah lagi siapin waktu yg tepat cuma yang ga enak adl kanan kiri selalu bilang “lo umur sgni lum nikah? Lu pacaran terus? Kan dia uda sm2 muslim knp blm nikah? Blm lg d tanya temen lawas yg tetiba ketemu atau ngehubungi by WA dan d awali pertanyaan k gue “lo uda nikah? Anaknya uda brp”? Dalam ht gue “knp mereka lbh concern k hal2 privacy org yg sensitif bgtu dibanding dia nanya k gue apakah km happy selama ini? Apa km sehat2 aja”? So sad

      Delete
    3. Ini juga terjadi banget sama gue. Kayaknya orang-orang itu terlalu polos deh. Mereka pikir, cowok lo udah convert lantas masalah selesai dan lo bisa langsung nikah.

      Delete
    4. Ini di umur 23&28 aja keluarganya udah pada khawatir, gimana gue yang udah umur 30 dan belum ada kepikiran sama sekali untuk menikah karna gue sadar gue belum siap secara mental dan finansial. Dan gue mikir kalo gue menikah lalu punya anak, gue akan menambah populasi manusia di bumi dan kalo ga punya anak, pasti banyak yg mengira2 kalo salah satu di antara kita mandul. Astagfirullah. Mau pacaran aja gue males, soalnya cowok Indo masih sedikit jumlahnya yang cara berpikiran terbuka. Apakah gue dikatakan picky? Ya gimana ngga picky kalo laki2 Indo yg gue temui mengartikan open-minded itu that you have done premarital sex yang mana menjadi pertanyaan buat gue, apakah mereka mendefinisikan open-minded sesempit itu? Ada juga yang bilang, “jangan pilih-pilih kalo nyari pasangan”. Emang salahnya apa sih untuk memilih siapa yang pantas menjadi pasangan kita untuk seumur hidup? Seumur hidup loh ini, pacaran beberapa bulan aja gue bisa bosen setengah mati, nah ini untuk seumur hidup. Orang ye, belum kelar sama hidupnya masing-masing malah sibuk ngurusin urusan orang lain. Bersyukurlah Git tinggal di negara less of narrow-minded people (no offence ya Indonesians yang budiman). But, gue sangat berterima kasih ke elo karena telah berkontribusi dalam mengedukasi cara pandang anak-anak muda di Indonesia or in other words, to help them how to use their brain properly in terms of perceiving various life aspects. Gue lega dan bangga (padahal gue bukan part of their life), setidaknya mereka (termasuk gue) punya tokoh muda yang inspiratif. Hhhh, andaikan di jaman gue masih remaja platform seperti Youtube dan akses internet dengan kecepatan kilat seperti sekarang, mungkin gue jadi Youtuber juga (#eh).

      Regards,
      A 30 yo woman who adores every single step you take to educate (maybe you didn’t mean it but I thank God that we have you) young Indonesians. Keep going, Git and don’t give up! You go girl!

      Delete
    5. Ini di umur 23&28 aja keluarganya udah pada khawatir, gimana gue yang udah umur 30 dan belum ada kepikiran sama sekali untuk menikah karna gue sadar gue belum siap secara mental dan finansial. Dan gue mikir kalo gue menikah lalu punya anak, gue akan menambah populasi manusia di bumi dan kalo ga punya anak, pasti banyak yg mengira2 kalo salah satu di antara kita mandul. Astagfirullah. Mau pacaran aja gue males, soalnya cowok Indo masih sedikit jumlahnya yang cara berpikiran terbuka. Apakah gue dikatakan picky? Ya gimana ngga picky kalo laki2 Indo yg gue temui mengartikan open-minded itu that you have done premarital sex yang mana menjadi pertanyaan buat gue, apakah mereka mendefinisikan open-minded sesempit itu? Ada juga yang bilang, “jangan pilih-pilih kalo nyari pasangan”. Emang salahnya apa sih untuk memilih siapa yang pantas menjadi pasangan kita untuk seumur hidup? Seumur hidup loh ini, pacaran beberapa bulan aja gue bisa bosen setengah mati, nah ini untuk seumur hidup. Orang ye, belum kelar sama hidupnya masing-masing malah sibuk ngurusin urusan orang lain. Bersyukurlah Git tinggal di negara less of narrow-minded people (no offence ya Indonesians yang budiman). But, gue sangat berterima kasih ke elo karena telah berkontribusi dalam mengedukasi cara pandang anak-anak muda di Indonesia or in other words, to help them how to use their brain properly in terms of perceiving various life aspects. Gue lega dan bangga (padahal gue bukan part of their life), setidaknya mereka (termasuk gue) punya tokoh muda yang inspiratif. Hhhh, andaikan di jaman gue masih remaja platform seperti Youtube dan akses internet dengan kecepatan kilat seperti sekarang, mungkin gue jadi Youtuber juga (#eh).

      Regards,
      A 30 yo woman who adores every single step you take to educate (maybe you didn’t mean it but I thank God that we have you) young Indonesians. Keep going, Git and don’t give up! You go girl!

      Delete
    6. Kak, kalo aku umur 15 tahun tapi baca ginian, salah nggak?

      Delete
    7. i think ngga ada yang salah sih. malah lebih membuka pikiran lo

      Delete
  2. Yaudah kalo ka gita liberal gue auto liberal dong 😑

    ReplyDelete
  3. I'm non muslim. Tapi aku selalu suka sama cara pandang Gita soal islam, ataupun konteks diluar agama. Tetap semangat, Gita. May Allah bless you :)

    ReplyDelete
  4. Salut sama kak git yang tetep bisa merespon dengan sabar setiap kalimat kalimat netijen. Tetap semangat kak git semoga Allaah selalu memberikan kesehatan kpd kak git supaya bisa terus memberikan kami cerita cerita bermanfaat dan terus berbagi hal hal yg bermanfaat. Aamiin

    ReplyDelete
  5. Mungkin memang jargon "kurang piknik" itu bener Git

    Banyak orang yg cuma scroll down & scroll up Hp. Tapi enggan bersosialisasi langsung ,sampai bikin fake account buat jadi orang lain biar bisa ngatai²in. PAdahal semakin kita ketemu banyak orang, makin luas wawasan kita. Makin kita bisa memperbanyak perspektif dalam memandang hidup.

    Aku umur 26 dan belum mau memutuskan menikah, udah kebal lah ini kuping ditanyain seputar pernikahan. Lhah wong kita yg mau nikah tapi mereka yg ribet, nikah butuh ilmu. Gak berarti nikah bakal auto bahagia, banyak bgt temen² ku yg nikah tapi tiap hari kerjaanya curcol soal aib pasangannya.

    Ya semoga yg baca tulisanmu ini bisa terbuka pikirannya, biar gak merasa paling bener sendiri terus ����

    ReplyDelete
  6. Kadang suka ngga paham sama pemikiran orang orang yg pemahamannya sempit macam netizen muslim yang mengkotak kotak an bilang liberal lah bilang islam gini lah gitu lah, apalagi kalo udah ngomong kagit itu influencer dan mereka pengen kagit sesuai dengan apa yg mereka inginkan. Laaaah netizen tiap orang kan punya pandangan masing masing masa harus sesuai dengan netizen pengen dan netizen yg ngatur semuanya. Buset dah ga paham lagi ogut

    ReplyDelete
  7. Feminisme adalah budaya barat. Hmm gue pikir karena netijen taunya Ka Gita tinggal di barat jadinya budaya nya barat. Padahal, di Indonesia, netijen tinggalnya boleh di timur, tapi gayanya budaya barat juga. Dengerin musik "barat", baju tas dan sepatu merk "barat", pake social media macam facebook, instagram, youtube yang notabene punya "barat", tiap hari searching mbah google juga "barat". Intinya mereka terlalu menjudge Ka Gita kebarat baratan karena tinggal di barat. Dan parahnya mereka amnesia terkait keseharian mereka yang nggak lepas dari budaya barat. Nice Ka Git, lanjutkan speak up nya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul. Kadang kita sering menjugde orang "kebaratan" karna ia tinggal di barat. padahal kita yang domisili Indonesia tetap menggunakan fitur dari barat. Ya, berbeda hal dengan pemikiran. Rasul pun mengirim pasukannya belajar ke eropa (baca:barat) dalam pembuatan catapult. namun Rasul tak mengirim anak mudanya untuk belajar filsafat ke Yunani. Ada batas ada limitasi dalam memperdalam ilmu. So, bedakan antara hukum mengambil feminisme dengan memakai youtube.

      Delete
  8. yah begitulah manusia generasi milenial (katanya). selalu berpikir dengan sumbu pendek. manusia yang hidup dengan pemaham dan jalan pikiran seperti manusia 'pada umumnya' alias melihat semua perkara dalam hidup hanya dengan kacamata hitam-putihnya. dan selalu menganggap tidak punya pendirian kepada manusia yang berada di zona abu-abu. banyak manusia sekarang ini yang beragama tapi tak seperti beragama. mau ngatain tuh manusia ampe keluar busa dan teriak-teriak juga gabakal mempan kl pikiran si manusianya udah jadi kerak. kadang jg merasa lelah hidup dengan manusia-manusia yang bersumbu pendek pikirannya. hmm

    ReplyDelete
  9. gak ngerti banget sama yang kebelet nikah. kek ga percaya jodoh udah disiapin Allah di waktu yang tepat.

    wa nikah lebih lama dr temen-temen karna ngejar karir, lanjut ngejar beasiswa s2, puasin jalan-jalan. ujung-ujungnya late 20s nikah nikah aja, insyallah now with a baby on the way. semua dapet krn udah disiapkan yg Di Atas. sans ajaaaaa

    ReplyDelete
  10. Mereka mereka yang mengatakan ka git liberal, sungguh belum mengetahui apa definisi liberal, konsepnya seperti apa dan lain-lain. sungguh menyayangkan saat seorang tokoh muda muslim yg me-label ka git sebagai org yg sekuler. hmmm menurutku malah mencemarkan nama dia, krna pemikirannya yg terlalu sempit. dan ya bener kak, itu hanyalah "satire" aja bukan maksud apa-apa. padahal ka git udah jelas bilang kalau "pelecehan agama itu ada bentuknya, cirinya, dsb". tetap semangat kak git, aku penggemar ka git dari awal kak git pertama kali bikin akun youtube sampe sekarang :))) love uu kakaaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dan yang lebih nggak habis pikir lagi, he should've known better nggak sih? Dengan dia post begitu, itu namanya nyetir opini followers-nya mengenai gue. Dan dia juga mestinya tau followers dia demografinya kayak apa. ABG-ABG belasan tahun yang belum mateng. Alhasil hari itu entah berapa banyak ABG ngata-ngatain gue dan oh my Gooddd... Kata-katanya nggak etis sama sekali. Ngeri!

      Delete
  11. Gue adalah salah satu pemantau setiap celotehan di blog elu kak. Gue on the way ke 19 tahun yang mau komen postingan lu yang jelas bikin comment sectionnya cancer aja kudu mikir beribu kali agar bisa diterima, setiap apa yang elu tampilkan selalu mengundang gue untuk berfikir dan menambah wawasan lebih lanjut lagi, I put your statement as a human who walk along grey area, nggak saklek apa2 kudu 'harus' kita punya pemahaman tersendiri as a muslim dan sebagai penduduk dunia pada umumnya. Menggaet suatu paham nggak semata-mata kita asal gaet, kita banyak berbentur dengan identitas diri kita, kak. Melihat beragam hal dalam hidup yang memang sangat luas sekali itu perlu sesekali dijengkang-jengkingin, hmm lanjutin kak speak up nya!

    ReplyDelete
  12. Kalo menurut gue yaa git, emang banyak bgt orang2 sumbu pendek di negara kita, mungkin karena males baca jd males mikir.. gue tinggal di lingkungan yg make lisptik merah cuma boleh buat orang yg udah nikah, gue pikir orang2 sensi aja sama gue, ternyata pas temen gue make juga, dikomen macem2 wkwk.. yg kalo baca sesuatu dr internet ga dicari dulu itu bener atau hoax, yg mereka tau itu dr akun yg mengatas namakan salah satu pejabat, mereka ga cari tau akun itu palsu atau ga dan mereka kebakar emosi semudah itu dengan konten yg blm tentu benar. Yg heboh parah dengan pemimpin non muslim, padahal bos mereka sendiri non muslim. Yg punya duit selalu benar, tp yg baik dan ga punya duit disebut penjilat. Yg kritis di bilang sok pintar. Pernah ada yg nanya ke gue malah " emang membaca bisa ngasilin duit ?" , bingung gue kadang wkwkwk..

    Umur gue 27 tahun, gue blm nikah. saking dibilangnya udah tua, banyak orang2 disini yg sembarangan ngejodoh2in gue sama cowok2 yg kerjanya meratap, yg sama dirinya sendiri aja ga bisa tanggung jawab, yg beli rokok mampu tp bayar kos2an aja ngutang sana sini..

    Mereka bukan satu dua orang, mereka kumpulan dan kumpulan yg memiliki kumpulan lainnya, mereka bukan di satu tempat tp di beberapa tempat dengan pola pikir yg sama, bahkan banyak dr mereka bukan hanya dr generasi milenial, ada banyak dr generasi yg dimana kalau diajak diskusi dan ga sesuai sama mereka, bukan cuma emosi yg kambuh tp penyakit juga :) , jd akutuh cuma bisa sabar :,) , lo juga yg sabar yaa git ^^

    ReplyDelete
  13. Gue juga kadang gagal paham sama orang-orang yang "katanya" bela agama tapi dengan cara yang tidak beragama. Menurut gue, kebanyakan dari kita engga mempelajari islam secara komprehensif. Sejak kecil, yang diajarin itu adalah gimana caranya sholat, puasa, ngaji, tapi engga pernah dibahas kenapa kita harus ngelakuin itu semua. Padahal kalo kita belajar dasar2 itu, harusnya kita bakal lebih rajin dan percaya kalo kita emang mesti beribadah, engga cuman mengerjakan serangkaian ritual tanpa esensi.

    Buat kak git, gue yakin ini adalah jalan jihad kakak buat membangun mindset orang2 yang masih belum luas pemikirannya. Gue harap kak git juga engga nyerah dan terus berdakwah dengan cara seperti ini. Good luck!

    ReplyDelete
  14. Aku yakin kak gita mampu ngejalanin hidupnya dengan beribu-ribu bahkan berjuta-juta bad komen netijen, karena Allah udah kasih kakak kemampuan yang cukup sesuai masalah yang kakak hadapin. Teteup semangat kak tetep menginspirasi mengajarkan mindset dan argumentasi yang bijak!!

    ReplyDelete
  15. Ka Gita sering menunjukkan sisi liberalnya kali ya wkwk. Dan sebenarnya pengetahuan2 tntg barat juga perlu kita ketahui dan pelajari. Tapi sebelum itu, kita juga harus bener2 ber-worldview dan punya framework Islam. Tujuannya apa? Ya biar kita ga beralih ber worldview Barat. Tapi kita bisa dan nyambung kalau diajak ngobrol liberal wkwk (yang paham aja). Gak gampang umup tanpa dasar, biar gak malu2in lah kita ini sama teman2 ka Gita yang banyak orang2 baratnya. Kita Indonesia mayoritas Islam, yang harusnya punya sopan santun lebih. Aku hanya bisa berkata, harap maklum. Hai, mari cari ilmunya, baru berani mangap. Kan gitu. Sulit memang.
    Balik lagi ke worldview, jadi nggak ngalor-ngidul semuanya relatif sesuai kondisi; sosial, politik, atau apalah. Tapi ada jawaban mutlaknya gitu. Karena Islam tentu ga pernah ada keragu-raguan atau netral atau tengah-tengah di dalamnya. Semua jelas. Tapi memang harus benar2 mencari dasar yang shahih lah bahasanya. Ini karena saya Islam lo ya. Jadi ya ngomongnya gitu. Agak radikalis romantis gitu (yang paham aja).
    Entah ka Gita gamau yg terlalu nunjukkin sisi Islaminya atau gimana. Ya itu urusan pribadinya sih. Urusan kita kan nonton dia aja wkwk.
    Btw, yang penting dalam dada tetap, Isyhadu bi anna muslimuun - "Saksikanlah bahwa aku seorang muslim". Bukan hanya dari fisik tapi cara berpikir kita. Mungkin beberapa netijen yang emg gampang emosyenel, entah karena apa. Jadinya, pengen menunjukkan yang bener tapi bingung sama dasarnya apa wkwk. Aduh ngeri lah ngomong di ranah yang mengerikan ini (medsos).
    Gitu sih sedikit komentarku. Maaf lo ya ka Git, soalnya aku baru kali ini berkomentar. Entar aku di komen sengak. Aku takut jadinya. Peace luv n gawl!

    ReplyDelete
  16. Intinya orang orang yang benar benar mencari sendiri jalan ke tuhan nya
    Yang benar benar nyari tau tujuan hidup itu apa ,kemudian dia intropeksi diri sendiri
    Tidak akan mudah mengatakan dia sekuler,dia kafir,dia thagut atau dia kurang bela islam hanya karena alasan ini dan itu.
    Mereka yang benar benar niat lillahi ta'alla nyari ruhan nya
    Pasti akhlak nya, lisan nya dan adab nya pasti baik.
    Barakaallahu fikum❤

    ReplyDelete
  17. Semangat kak Gita, ku suka cara pandang kak Gita. Kak Gita selalu menginspirasi untukku, salam kenal kak

    ReplyDelete
  18. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  19. Teruslah berkarya kk...
    Terus menginspirasi buat generasi muda...biar indonesia bisa lebih maju kedepanya...

    ReplyDelete
  20. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  21. Teruslah berkarya kk...
    Selalu menginspirasi buat generasi muda indonesia...saya suka jalan pemkikiran kk git...sehat selalu

    ReplyDelete
  22. Kak git lama2 aku jadi pinter klu baca blog nya kak git. Sering2 nulis yak��

    ReplyDelete
  23. Gw jd makin bertekat buat ngajarin bayi gw membaca sejak dini,but no, bukan membaca simbol aiueo jadi kata dan kalimat, tapi baca cerita, mendengar kisah, mengerti makna dan konteks. Karena gw sedih sama org2 yg cuma bisa baca,tp ngga seneng baca apalagi mendengar,jadinya segala sesuatu dipahami dg salah kaprah. Parahnya lagi manusia2 yg kyk gitu yg seringkali reaktif. Bagian mendidik anak gw setuju banget, smg follower gita yg lain jg mengamini,,,,,

    ReplyDelete
  24. Gw jd makin bertekat buat ngajarin bayi gw membaca sejak dini,but no, bukan membaca simbol aiueo jadi kata dan kalimat, tapi baca cerita, mendengar kisah, mengerti makna dan konteks. Karena gw sedih sama org2 yg cuma bisa baca,tp ngga seneng baca apalagi mendengar,jadinya segala sesuatu dipahami dg salah kaprah. Parahnya lagi manusia2 yg kyk gitu yg seringkali reaktif. Bagian mendidik anak gw setuju banget, smg follower gita yg lain jg mengamini,,,,,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga Dedek bayi tumbuh jadi individu yang pinter, sholeh, bijak, dan bisa jadi figur yang menjaga kedamaian. Amin!

      Delete
  25. Kebiasaan untuk nggak berkomentar negatif ke orang lain itu yang perlu banget diilangin. Menasihati orang kan gk perlu dengan mencaci maki, di kolom komentar pula, dibaca jutaan orang. Nice post kak git! Ttp semangat :)

    ReplyDelete
  26. Semoga netijen yang seneng ngatain ka gita gak males baca ini :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kayaknya mereka nggak mau deh ngehabisin waktu sekian menit untuk baca ini. Menurut mereka, tulisan ini terlalu panjang :))

      Delete
  27. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  28. aku kemarin juga sempet nih debat sama temen yg kebetulan ikutan demo 'bela tauhid' disitu aku beneran penasaran tentang apa sebenarnya yg mau mereka suarakan dalam demo itu, karena malah yg aku liat di beberapa medsos demo itu jadi kayak sekedar perkumpulan & laen2 yg di bahas. temenku bilang; di indonesia ini hukumnya kurang tegas, tumpul di atas & runcing di bawah. trus aku tanya lagi, lalu maunya hukum di indonesia itu gimana? bukannya pelaku udah di tangkap & diberi hukuman? maunya dikasih hukuman macem apasih biar kalian lega? trus jawaban temenku malah jadi ngalor ngidul dan menyebut aku cuma sekedar islam tapi ga ada religiusnya saat agama dihina, padahal yg aku tau bahkan Rasulullah menghadapi kafir quraisy aja dengan cara damai & lembut, bukan dengan cara yg keras & kasar seperti muslim berpaham keras di indonesia sekarang.

    ReplyDelete
  29. Gua malah kaget pas baca lo juga ikut liqo. Tapi oke juga sih kalo pandangannya moderat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. I must say, Liqo bener-bener membantu gue untuk balik lagi ke agama gue. I used to be so clueless dan nggak tau agama gue ini berperan bagaimana terhadap hidup gue. Mungkin tergantung level grup Liqo-nya juga kali ya. Grup Liqo gue masih biasa-biasa aja pembahasannya. Nggak ada pembahasan politik atau apapun. Murabbi gue juga respectful banget. Gue sebagai pendosa, merasa dirangkul banget sih.

      Delete
    2. Aku juga kaget sekali, bener2 unpredictable. So, ngga semua orang yang liqo itu kolot sama beginian

      Delete
  30. Bener lho Git, saya nikah 2014 lalu bilang pgn pacaran setelah nikah 2th,alhamdulillah 2017 punya anak jadi puas honeymoon, fisik, mental, spiritual dan financial (punya dana darurat yay) sudah siap, prepare aja masih panik apalagi dadakan

    ReplyDelete
  31. Hi Gitaa, aku suka banget sama point of view kamu yang bisa berpandangan netral dan tidak "judgemental" terhadap sesuatu... Semangat Gitaa!! Tetap buka wawasan kita semua sama hal-hal baru apapun itu. Pro kontra pasti ada, tapi kita tau maksud dan tujuan kamu baik, yaitu untuk mengedukasi ☺ salam kenal

    ReplyDelete
  32. Ini adalah kli pertma gue bca blognya ka git dengan amat pelan2 dan teliti banget. Well, to be honest, 1-2 blan ini dpkran gue mlai trlhir sbnarnya ka git tuh arahnya kmna sih, terus point of view tntang appun yang sdah dsmpaikam baik di you tube maupun ig story sbnarnya kek gmna sih? Mmang lmyan mlhirkan ke abu2an dlam pkran gue. Tapi, gue jga ngga berani sma skali concluding black clour. Untuk menghindari itu, gue sllu brusha untuk berpikir bahwa mungkin, memang pimikiran gue aja yang belum nyampe kesana, pemikiran gue belum pada tahap level pemikirannya ka git, dan mungkin gue nya yang harus terus belajar dan brusha untuk open mnded dngan sgla ssuatunya, maka dari itu gue ngga berani sam sekali
    dngan smbrangannya point out ka git tuh agamanya inilah, pro ke stulah, dan hal lainnya.
    Dan, stlah gue baca blog ini dngan pnuh ktelitian, ini mmbuat gue lbih open mnded lbih mngarahkan sbenarnya arahnya ka git tuh kmna.
    Makasih banyak ka git, udah nulis blog ini. Sbanarnya bkan blog ini jga sih, tpi blog lainnya, dn jga cntent2 d yutup. Tpi blog yg ini brbeda it put diamond meaning on it. Gue tau dn ykin tjuan ka git membuat cntent2 itu adalah untuk mengedukasi, memberkan mnfaat, mmberikan udara yang segar atau bhkan lebih segar terlebih untuk pmkrannya Indonesian People. Alwys supporting your work ka git, as we know pro kntra itu adalah hal yg biasa. bhkan kalau ngga ada pro kontra hdup itu ngga punya sensenya, mnurut gue . Keep on track ka git!!!

    ReplyDelete
  33. Kegelisahan yg hampir sama.orang sibuk berlomba2 "hijrah"memperbaiki diri sendiri & hubungannya dg Allah. Hingga lupa, buat jaga akhlaq,sopan santun, etika yg baik dlm menegur, menasihati, berbicara dg org lain, terutama yg tak sama dengannya. Ada adab & cara yg baik sesuai islam untuk itu. Mereka2 yg sibuk "dakwah" lantas membuay garis batas antara kaumnya & kaum lain. Yg sudah berhijab dimusuhi krn hijab masih pendek belum sampai lutut,yg masih pakai celana(kulot yg sama sekali tidak membentuk body) dimusuhi krn dikata menyerupai lelaki,mereka yg sudah pakai hijab syar'i jg dimusuhi krn masih berwarna warni, mereka yg ingin berbagi rezeki&kebahagian dg makan bersama sambil melantunkan ayat suci & pujian pada rasul jg dimusuhi krn dianggap bid'ah dijaman rasul tak ada semacam itu. Lha ini zaman sudah kebalik2. Yg sebenarnya bukan penjahat, dimusuhi. Kenapa itu bukan koruptor, pembunuh, pemerkosa, pelaku kekerasan yg dihujat, dimusuhi, ditumpas? Kalaupun tak setuju & tak sepaham, tak perlu pula ditunjuk2, diteriaki, dicaci, dipermalukan. Cukup di doakan saja. Karena agama adalah hubungan vertikal antara kita dengan Tuhan. Mata manusia mana tahu hitungan ghaib. Belum tentu yg tadinya belum "baik" menurut standar mereka, tak akan pernah baik. Belum tentu juga yg sudah kelihatan "baik" itu pasti sudah "baik" luar dalem. Hanyalah satu yg paling tahu, yaitu Allah. Allah Maha Mengetahui. Semoga kita selalu dibimbing dalam jalan yg benar oleh Allah. Aamiin..

    ReplyDelete
  34. malam kak git. baru pertama kali baca blog nya, dan.... rasanya habis ini akan baca tulisan dibawahnya :) selalu suka, sama org yang bisa menyampaikan sesuatu lewat tulisan yang bahasanya sederhana tapi ngena. Tulisan ini bantu banget untuk diri yg lagi ragu ini kak hehe ketika usia udh 23 tahun, and currently working as a speech therapist in Balikpapan, its been two years and one year left until my contract ended. Mimpi terbesar itu, ingin ngerasain dapet pengalaman dan belajar di luar negeri. Semakin umur bertambah kok kayaknya mimpinya makin jauh ya. Tapi, balik lagi, semakin usia bertambah rasanya pertimbangannya makin banyak. Sempat kepikir mau nikah, tp kalau lihat diri sendiri belum deh. akhirnya, diputuskanlah mau kuliah lagi, di luar negeri. Keputusan itu masih setengah mateng sih kak, antara masih menguatkan tekad dan meluruskan tujuan. karen ini pasti 10 times harder than cuma tinggal di luar pulau Jawa. Dan tulisan kakak ini, mengingatkan, pentingnya menjadi ibu yang 'berilmu'. Meskipun kita gak tahu, kapan nikah dan kapan punya anak, setidaknya, dengan mempunyai ilmu, ilmu itu bisa kita bagikan dan menjadi manfaat untuk orang sekitar.. bisa menjadi motivasi untuk adik - adik dan sepupu, bahwa jangan takut bermimpi. :) Terima kasih untuk tulisan dan video2 nya kak :) tetap menebar kebaikan~ semangat kak git!

    ReplyDelete
  35. Dan menariknya ... setelah scanning komen2 di tulisan blog nya Gita ini, komen2nya positif ... coba posting di IG. Posting judul aja "apakah gue muslim liberal". Yakin ada aja yg nyangsangin komen negatip ����

    Bikin akun fake buat komen negatif di IG emang sangat lebih gampang ya ketimbang bikin akun atau sekedar anonymous buat komen negatif di postingan blog ��

    Semoga Allah mudah kan segala urusan nya ya Gita. Selama niatan kita menyebar kebaikan selalu kita jaga (meskipun mungkin ternyata dipandang tidak baik), urusan kita kan berniaga ma Allah kan ... bukan manusia... jadi ya jalanin aja ya ...

    Meskipun jujur saya pribadi ngaku belum kuat mental kaya Gita kl harus ngadepin netizen ... ��

    Saya masih berada di comfort zone di dunia offline kl speak up topik2 sensitif macam gini ...

    Lha wong pajang foto bareng puun natal aja bisa langsung di cap 'liberal sejak tinggal di amrik'

    Dan lalu saya males harus sampein POV saya krn ya tadi ... belum se struggle gita utk dunia OL mah ��
    Jadilah saya memilih diam dan menghindari posting atau nulis yg berbau kontroversi

    Kl kata guru ngaji suami disini ... ada hal2 yg sifatnya locallity yg ga bisa dipahami teman2 atau keluarga kita di indonesia sana ... ya salah satunya perihal natal dan perayaannya ...

    Semangat ya Gita. Salam dari saya emak2 beranak 3 ��

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal, Mbak!

      Betul banget, Mbak Merisa. Yang waras biasanya dateng ke sini karena hatinya nggak suudzon dan mau spend waktu untuk baca. Beda sama yang di Instagram. Walau ternyata ada satu-dua orang yang udah blogwalking A Cup of Tea, tapi masih agak-agak begitu juga.

      Saya bisa relate banget persoalan natalan. Karena Mbak tinggal di luar, pasti Mbak paham gimana vibe natalan dengan lampu-lampu, christmas market dan hawa dinginnya emang sesuatu yang spesial banget. Season favorit saya Christmas soalnya :D Tapi semenjak udah jadi influencer (ditambah saya berhijab), jadi ada certain image yang nempel di diri saya secara nggak langsung. Ada beberapa hal yang seakan-akan nggak boleh saya posting. Sama kayak yang dialami Mbak Merisa.

      Yah, semoga kita semua (termasuk followers kita) bisa sama-sama dewasa dan bisa urus kehidupan masing-masing.

      Sehat terus yaa Mbak untuk dirimu dan keluarga :)

      Delete
  36. Indonesia butuh pemuda seperti Kak Gita 💪💪

    ReplyDelete
  37. Setujuuu sama Ka Gita tentang nikah muda.Dulu gua tuh pengin nikah muda karena pengin cepet ketemu anak. Semakin kesini banyak pasangan muda yang gembor2 nikah muda dan pasang foto romantis di sosmed makin baper pengin nikah muda. Tapi setelah banyak baca dan ikut seminar pranikah rata2 pembicaranya bilang lebih baik menikah di waktu yang tepat saat diri kita sudah siap. Tokoh parenting juga bilang gitu, lebih baik nikah matang daripada nikah muda tanpa ilmu jadinya terombang-ambing.karena nikah ga cuma halal dan bisa pamer foto bedua di sosmed.

    ReplyDelete
  38. Setujuuu sama Ka Gita tentang nikah muda.Dulu gua tuh pengin nikah muda karena pengin cepet ketemu anak. Semakin kesini banyak pasangan muda yang gembor2 nikah muda dan pasang foto romantis di sosmed makin baper pengin nikah muda. Tapi setelah banyak baca dan ikut seminar pranikah rata2 pembicaranya bilang lebih baik menikah di waktu yang tepat saat diri kita sudah siap. Tokoh parenting juga bilang gitu, lebih baik nikah matang daripada nikah muda tanpa ilmu jadinya terombang-ambing.karena nikah ga cuma halal dan bisa pamer foto bedua di sosmed.

    ReplyDelete
  39. Alhamdulillah kagit, ini super banget penjelasannya membukakan mataku (pikiran). Semoga ku selalu khusnudzon ke kagita dan pipel2 lainnya❤ kagit kalo ada yg aneh2 atau apa gitu langsung dibikin begini aja biar "oh iyayah ternyata ga seperti yg kita bayangkan loh"

    ReplyDelete
  40. Aku udah baca blog ka gita semuanya. Seriously. Bener" semuanya. Ampe tahun 2010. Dan ini adalah blog terfav banget asli. stay strong ka gita. Semoga selalu sehat dan rejekinya di lancarkan selalu. Dan semoga kita bisa bertemu. Aamiin��

    ReplyDelete
  41. Aku udah baca blog ka gita semuanya. Seriously. Bener" semuanya. Ampe tahun 2010. Dan ini adalah blog terfav banget asli. stay strong ka gita. Semoga selalu sehat dan rejekinya di lancarkan selalu. Dan semoga kita bisa bertemu. Aamiin��

    ReplyDelete
  42. Ka git knpa ga bahas soal ini di vlog?
    point terakhir sama banget sma pemikiran aku saat ini. Pokonya semangat terus ka git. Masih banyak ko yang dukung ka gita.

    ReplyDelete
  43. Ka git knpa ga bahas soal ini di vlog?
    point terakhir sama banget sma pemikiran aku saat ini. Pokonya semangat terus ka git. Masih banyak ko yang dukung ka gita.

    ReplyDelete
    Replies
    1. There are some things yang gue lebih nyaman kalau mengekspresikannya lewat tulisan. Plus, gue tau orang yang cuma mau judging aja biasanya nggak akan mampir ke sini dan mau menghabiskan waktu untuk baca tulisan panjang-panjang. I wrote this not to explain myself to them in the first place. Ini untuk ngeluarin isi pikiran gue biar bisa tidur :D

      Yes, kalo lagi banyak suara di otak, gue harus cepet-cepet ngeluarin lewat tulisan for my own sanity.

      Delete
  44. Begitu beratnya menjadi influencer sampai perlu menjabarkan privasinya dia mulai dari dia vote siapa, dia ngaji dimana, kenapa dia nggak mau punya anak dulu. Hihi, loecoek. Tetep kuat ya Git. Seenggak setuju-setujunya gue sama opini2 gita, gue yakin suatu saat, ssemakin kita belajar, kita akan menemukan jawaban yang tepat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Exactly. Mereka bilang karena gue "public figure", jadi gue wajib hidup sesuai keinginan mereka dan selalu ngasih press conference setiap kali ternyata langkah gue nggak sesuai dengan ekspektasi netijen. The downside of being an influencer. Satu sisi, punya influence yang gede penting banget apalagi kalo kita punya agenda yang besar nyebarin certain values misalnya. Di sisi lain, banyak orang yang memandang kita hanya sebagai people pleaser dan brand semata. We are not allowed to be angry, sad, negative dan kita harus hidup sesuai yang diinginkan followers.

      Mengutip kata Mas Pandji Pragiwaksono, "Fans are demanding. Friends are understanding."

      Delete
  45. Speachless banget kak, I'm in love with the way you respond all of them. Tetep sabar dan jangan nyerah buat slalu ngingetin kita semua dan ngelurusin hal yg memang patut diluruskan.
    May Allah bless you♥

    ReplyDelete
  46. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  47. Ini pertama kalinya saya koment 😅 awal tau kak gita itu dari youtube dan pas saya liat beeuuh keren banget dah. Saya suka beropini, sama kayak kak git kalo sendirian saya suka ngomong sama diri sendiri ini berlangsung dari saya kecil sampe sekarang. Sampe pas kepergok orang saya agak malu sendiri 😂 Semenjak nonton video kakak saya baca blog kakak juga wah semuanya bermanfaat banget kak. Dari nonton channel youtube, baca blog, baca buku kakak semuanya berefek ke cara berpikir saya. Yang dulu berpikir sempit, sekarang mulai berpikir luas. Yang dulu ga PD ungkapin opini sekarang perlahan² udah bisa ngasih tau opini saya ke orang². Yang dulu wawasannya kurang, sekarang mulai bertambah. Sering banget saya sependapat sama kak git, ah pokoknya kak git keren. Makasih banyak dan terus semangat kak gita!! Terus berkarya dan salurkan opininya kak 😁

    ReplyDelete
  48. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  49. Hai, kak Git.
    I know ini out of the topic banget, aku pengen ngobrolin aja tentang manusia-manusia jaman sekarang yang sukanya yang instan-instan.
    Ini udah ngeganggu aku banget sejak kapan taun. Jadi, aku itu masih SMA dan sedang diribetkan dengan masalah ujian ujian dan ujian. Nah, kalo ujian kan kita harusnya belajar kan, ya, kak? Tapi ini enggak dong, ada orang-orang yang kebih memilih buat 'nyontek', browsing di internet, or whatever you name it intinya mereka cheating dan nggak jujur.
    Mereka bisa dapet nilai 90-100 dengan 0 usaha.
    Yang aku sayangkan adalah, gimana siswa lain yang beneran put the effort untuk dapet nilai segitu disamain dengan yang nggak jujur itu. Sumpah sih itu semerugikan itu kak. :(

    ReplyDelete
  50. Hai Kak Gita..
    BarakAllah sudah menulis ini, meskipun panjang.
    aku yakin orang-orang yang suka baca blog kak gita dari awal, suka nonton beropini tanpa skip, apalagi eps pagi-pagi sampe habis. Pastinya bakalan tetep baca dan support ka gita terus..

    Btw, tulisan ini bener-bener ngejawab semua stigma negatif yg terlontar ke ka gita, kalau gak kurang piknik sih harusnya bisa lebih paham kalau ka gita itu emang gak liberal

    Doanya aku cuma semoga ka gita #keepstrong, terus berkarya disemua platform, bisa terus sharing dan keep writing kak, karena gak semuanya bisa dimengerti di video haha. Istiqomah liqo nya ya kak, semoga liqoannya makin seru ..

    See you kaak

    ReplyDelete
  51. Why netizens can only criticize people but they don't see themselves. do we always have to live according to other people's views? of course not. Fighting kak git

    ReplyDelete
  52. Sejak aku tau kak gita pikiran aku terbuka bgt alhamdulillah. Lengkap semua kak, aku suka banget sama blog kaka video kaka buku kaka, aku akan terus tunggu karya2 kaka yang lain.tetep semangat terus ka gittttt

    ReplyDelete
  53. Halo kak git. Aku suka banget sama cara pandang dan pemikiran kak git. Kesukaan ini berawal dari nonton youtube nya kak git masalah nikah muda dan buat pemikiran aku terbuka sampe terus berlanjut follow IG terus baca blog ini. Ini blog paling bagus selama aku baca blog kak git akhir akhir ini. Semangat terus untuk berkarya kak git💙

    ReplyDelete
  54. kak gita i prou you, mungkin kalo masalah agama itu langsung saja ke ke allah jadi ga usah di umbar2 mungkin itu menurut kagita. tapi kak kagita kan sekaranng suadah terkenal lagi berhijab mungkin oranng kebanyakan ingin dan mengharapkan kak gita untuk bikin opini dan vidio yanngberbau islami yang menumbuhkan semangat para remaja islam di indo biar pikirannya jernih termasuk aku juga berharap begitu kak gita bikin vidio kaya begitu , orang memendang itu dengan kacamata mereka tampa berfikir dengan omongannya ke orang lain .

    ReplyDelete
  55. waaaaa aku suka bngt pemikiran kak gitaaaa... selalu dukung trus deh!!! betewe kak gita punya email gak?

    ReplyDelete
  56. Beberapa kali liat opini Gita kadang juga nggak sependapat sih.
    Lagian Gita juga nggak maksa harus sependapat sama dia kan?

    Sama kaya yang ditulis di sini, Saya juga yang baik dari Gita diambil, yang dirasa nggak baik, nggak usah diikutin. Sesimpel itu sebenarnya.

    Mungkin kalau di postingan IG yang singkat bisa bikin salah paham kali ya..

    Lebih senang baca blog begini.
    Lebih jelas dan bisa lebih membuka pikiran.
    Ooh, jadi begini sebenarnya maksud Gita.

    😁

    ReplyDelete
  57. kak gita, pemikiran aku sama banget sama kakgit! setuju banget! Tapi emang di lingkungan kita hal-hal macam gini malah dikira ngelawan agama. Aku pun pacaran, udah 2 tahun lebih, kita lagi mempersiapkan diri untuk ke jenjang pernikahan, dari ikutan seminar pra-nikah, sering baca tentang permasalahan dalam pernikahan, maha baiknya Allah selalu ngasih petunjuk contoh cerita lewat orang-orang tentang kalau nikah itu bukan sekedar having fun, and make love. Butuh ilmu. Karena cobaan yang ada setelah pernikahan justru akan lebih menantang. Tapi respon dari lingungan malah mempromosikan nikah muda.

    Oh iya kak gita, beberapa temen aku juga lagi menggemborkan kalau posting foto di instagram atau media sosial lainnya itu dosa. Katanya nanti fotonya di salah gunakan oleh laki-laki diluar sana untuk mempuaskan dirinya. So? laki-laki dengan bebasnya mengekspresikan diri di media sosial, sedangkan wanita tidak. Menurut kak gita gimana?

    ReplyDelete
  58. setuju bangetttt, gamblang sekali yang di jelaskan kak gita yang selama ini aku pikirkan tapi bingung gimana membahasakannya .. thank you kak :)

    ReplyDelete
  59. Setiap baca tulisan kamu, aku pusing. Pusing karena jadi makin terganggu sama kelakuan manusia. Aku ngerti dan setuju banget soal nikah bukan sekedar untuk menghindar dari zina, atau punya anak bukan sekedar biar banyak rejeki, karena kedua-duanya berujung pada tanggung jawab besar yang menyertai. Aku sendiri baru nikah hampir dua bulan lalu dan masih "ngeri" sama tanggung jawab punya anak. Tapi ada hal yang-entah mengganggu atau justru pencerahan-jadi bahan pikiranku: kalo semua hal kita pikir pake logika manusia, gak akan ada habisnya, dan solusi datang hanya sebatas apa yang kita pikirkan dan rencanakan. Sedangkan nikah dan punya anak, selain perjalanan hidup di dunia yang harus kita pikirin, ada part yang harus kita yakini: Allah punya kuasa atas semua yang kita jalanin: menikah dan punya anak. Memang, untuk aku sendiripun butuh waktu lamaaa banget, bertahun-tahun, untuk yakin (bahkan sampe D-Day) bahwa aku udah siap nikah. Tapi setelah akad jadi lebih yakin lagi, insyaAllah yang dijalani baik, rejeki akan datang dari jalan yang gak kita duga. Sekarang datang kekhawatiran soal punya anak: antara takut kalau ditunda malah nanti jadi lama, tapi di saat bersamaan masih belum siap secara mental, dengan segala pertimbangan yang kayak kamu bilang. Tapi terbersit di hati dan kepala, kenapa gak yakin aja kalo Allah pasti bantu menguatkan lahir batin. Aku pribadi masih dalam perjalanan menuju yakin dalam hal itu soal punya anak. Hmmm... Maksudku di sini, ya dalam satu dua hal kadang kita bisa mikir, jangan mengecilkan pertolongan Allah, jangan merasa paling bisa mikir dan ngatur masa depan tanpa mengedepankan doa. Tapi untuk beberapa hal, untuk yang imannya masi naik turun kayak aku, masi butuh waktu lammmaaa banget untuk yakin akan hal ini.

    Sama yang paling penting, aku amat sangat mengerti dan setuju soal pandangan orang soal beragama beda-beda, dengan keyakinan bahwa tetap ada satu pedoman yang harusnya dipahami dengan satu paham: Al-Qur'an. Tapi maksudnya, ini semua soal iman, soal perjalanan orang mendekat pada Allah, soal berusaha tetap ada di jalan yang lurus, dan itu adalah perjalanan paling sulit. Orang menuju ke sana dengan jalan yang berbeda-beda. Kalo pandangan orang soal agama itu sama, gak akan ada muslim yang berjilbab/gak berjilbab, jilbab panjang/sekedar nutup kepala, padahal kita semua tau yang bener itu kayak gimana, tapi ada aturan Islam yang lebih dulu melekat di hati kita dan itu yang kita lakukan all out: ada yang benerin cara dia memperlakukan orang dulu, ada yang benerin pakaiannya dulu. Wallahua'lam. Semua orang punya pendekatannya masing-masing.

    ReplyDelete
  60. Tulisannya sangat sangat bermanfaat kak.
    Aku dulu orang yang dangkal banget pikirannya, liat ada yang beda langsung emosi langsung mikir kalo orang itu ga baik. Alhamdulillah sekarang jauuuh berbeda, sekarang lebih open minded. Salah satu nya karna selalu baca tulisan2 kaka dan nonton youtube nya ka gita.
    Sekarang, aku tau kalo hidup setiap orang tuh ga harus sama. Kita ga bisa maksain orang lain buat sepemikiran sama kita.
    Aku jd banyak berubah lewat konten2 yang udah kak gita bagiin. Makasih kak. Sukses selalu :)

    ReplyDelete
  61. setuju banget denganmu kak git, meski kadang aku masih agak bingung dan ada yang kurang sejalan denganmu,itu menjadikan aku untuk belajar melihat dari perspektif yang berbeda. memang banyak orang yang bermulut besar tapi kerjaannya ngata-ngatain orang nggk jelas, trus kalo dikonfirm "dasarnya apa lo ngatain orang kek gini?" eh ni orang diem kagak ngarti makin kasihan aja aku ke orang ini. trus ada lagi orang yg ngomongnya banyaaaak banget tp kelakuanya nggk mencerminkan apa yang dia katakan.
    tetap semangat kak semoga kebaikan kak gita terhitung sebagai amal jariyah dan kak gita selalu diberi kekuatan, istiqomah, rizki yang lapang, dan kesehatan oleh sang pencipta aamiin.

    ReplyDelete
  62. semangat terus kak gitaaaaaaaa,
    banyak orang bermulut besar tapi dia nggk sesuai dengan apa yg dia katakan
    selalu istiqomah dan terus mengedukasi kita kita kak. semoga Allah selalu memberi kemudahan rizki yang lancar dan perlindungan kepadamu kak aamiin.

    ReplyDelete
  63. Post ini bener2 merangkum semua privilege negatif yg ada di kalangan org Indonesia kak. Setelah living aboard dan terpapar kultur barat yg berbeda gue jadi beneran lebih melek dan ngerti hal2 mana aja yg "aneh" di bangsa kita. Kayak semua point di atas. Soal anak emang parah sih, kalau dilihat secara skala luas, masalah ini emg yg menyebabkan Indonesia punya byk penduduk tp moralnya rendah. Kalau yg gue observasi secara langsung kebanyakan ya memang karna orang tuanya sendiri blm dewasa, nggak mengerti secara sadar mental gimana berinteraksi dengan anakanya dgn "pintar", keburu kebawa emosi atau egonya sendiri. Karna "punya anak" bukan dipandang secara utama sebagai tanggung jawab lebih dan diseriusin, tapi cuma dilihat dari sisi prestige, cap rezeki, dsb. Soal lalu lintas yg kacau, balik lagi ke moral, balik lagi ke masalah anak. Masalah anak ini emg core of problem jadinya. Dan jatohnya setelah gue balik ke tanah air dan melek of all ugliness of the truth ini, gue jadi nggak bisa menemukan alasan bangga terhadap identitas gue sebagai orang Indonesia sih kak. Dan kadang jadi nggak ngerti, apa semua privilege org Asia ini memang butuh dihapus atau memang udah seperti itu aja adanya, sebagai sesuatu yg berbeda. Atau gue simply nggak mengerti cara mengambil sisi positifnya dari semua custom orang kita.

    ReplyDelete
  64. Target liburan: Baca sampai habis tulisan2 d blog kak Gita. Selama ini selalu "kepingin", tapi ga sempat mulu. :'D
    Btw setuju abis sm poin 5 n 6 (dan ygblainnya juga), soalnya kalo cuma ngandelin umur dan overconfidence, dan ga ada bekal baik mental maupun finansial, ya ntar yg kasian anaknya. :/

    ReplyDelete
  65. Aku juga kadang suka ada yang bilang kalau aku itu liberal karena beberapa poin di atas. Mungkin sebagian orang yang punya pemikiran berbeda jadinya melabeli seperti itu, ya mungkin gak apa-apa, apapun itu ini lah aku dengan latar belakang dan caraku dibesarkan orang tua. kalau definisinya liberal itu bebas dalam berpikir dan terbebas dengan cara berserah diri sama Allah, I think yes. Karena 'kebebasan' itu sendiri nggak ada yang mutlak dan definisinya selalu jadi rebutan orang-orang. Dan Allah sendiri menyuruh kita tawakal untuk selalu mau berpikir, bukan cuma sekedar mengikuti sebagian besar orang di muka bumi ini. Cuma masalahnya kalau dituduh terasosiasi sama ideologi dan politik tertentu kayak JIL ya aku keberatan. Lagipula aku juga gak Ada kayak berusaha mengganti syariah atau membuat al-quran melenceng atau apa. gak berusaha bikin aturan sendiri, cuma cara berpikir aku ya seperti aku ini, sama-sama aja kok Islam bukan golongan apa atau apa.

    ReplyDelete
  66. Wajar aja orang berasumsi kak Git. Namanya juga manusia. Cuma kalo sampe nge DM segala dan nuduh macem2 itu berlebihan sih. Kalo kata Austin Kleon orang harusnya dibiarkan berdiskusi diantara mereka sendiri tentang segala sesuatu. Yang bikin karya, video, apapun itu udah ngga ada urusan sama pendapat orang tentang dia. Tapi selama dikasi ruang, kolom komen diaktifin, maka akan selalu ada komen. Aku sendiri pernah ngomongin kak Gita sama kakak aku, video2 sekarang yang durasinya jauh lebih panjang2, dan kontennya kakak yang menurut aku ada perbedaan sebelum dan sesudah menikah. It's just my opinion, ya. Tapi yang kita obrolin ya berdua aja ngga dikoar2in kemana2. In the end of the day, Kalo kak Git udah yakin sama opini kakak, ga usah terlalu dipikirin ka Git. Atau sekali2 nonaktifin aja kolom komen YouTube nya. Cuma ngga tau apakah netijen nanti bakal lebih vokal di yang lain ky insta hehe

    ReplyDelete
  67. masyaAllah kritis sekali kak jujur sampai sekarang saya juga masih belum paham sepenuhnya terhadap agama saya, saya baru kelas 12 di madrasas aliyah sungguh disini sya juga sering menemukan banyak sekali perbedaan mengenai pandangan terhadap agama kita salah satunya mengenai islam nusantara...

    ReplyDelete
  68. Saya selalu suka penyampaian argumen yang berelaborasi gini..
    Keren mbak!

    ReplyDelete
  69. Aku juga pernah ngalamin spt kamu kak, bahkan bisa dibilang aku baru "sembuh" dari saking takutnya sama pendapat orang lain tentang aku. Kebodohan terbesarku waktu itu adalah hidup untuk orang lain, dimana setiap aku melakukan sesuatu aku selalu berpikir panjang dan hati-hati banget biar nggak ada orang yang ngejudge atau ngehina aku. Lama-lama aku jadi merasa lelah dengan terus-terusan mikirin pendapat orang lain, hidupku seperti nggak bisa aku nikmatin, aku nggak bisa jadi diriku sendiri dan akhirnya aku melewatkan banyak hal yang seharusnya bikin karier aku makin bagus. Pesenku buat ka Gita, tetap jadi diri kakak sendiri aja yang membuat banyak pikiran orang terbuka karena pemikiran-pemikiran kakak, meski orang lain bilang ka Gita liberal tapi buatku ka Gita itu lebih memaknai hidup dari berbagai sudut pandang, karena memang udah banyak yang kak Gita lihat, dengar, dan rasakan.

    ReplyDelete
  70. Couldn't agree more. Bukannya mendukung LGBT, tapi aku merasa kalau melarang mereka juga bukan hak aku. Toh mereka punya hidup dan tanggung jawab masing-masing.

    Soal nikah muda, ini aku nggak tau lagi mau bilang apa kecuali SETUJUUU.

    ReplyDelete
  71. Seseru itu baca konten blog ka Gita yang ini, berikut komen-komennya yang thoughtful. Kontennya bisa jadi referensi blogger buat bikin konten yang bermanfaat tapi tidak provokatif. Salut ka Gita bisa menghadapi social media judgement yangmana mereka sebetulnya stranger buat ka Gita tapi masih ditanggapi dengan kepala dingin. Kadang mereka ingin kita mengetahui sesuatu tapi dengan memaksa kita buat nerima itu, kemudian membawa ayat-ayat yang dipakai justru untuk menyerang. Semoga lingkungan kita selalu mengajarkan kebaikan ya Kak!

    ReplyDelete
  72. Salam kenal, sy antusias sekali dg pemikiran Mba Gita, sy blm kenal, tp stdknya dari person2 seperti mba inilah yg memberi warna wajah dunia.

    Tuhan menciptakan warna karena indah, bukan berarti seragam tidak baik. Tapi setiap ragam perbedaan itu memang sudah layaknya ada, bukan untuk disamakan.

    Apapun itu, lebih baik beri pengaruh positif daripada menanggapi pengaruh2 negatif.
    Makin hari makin banyak ahli2 nya kehidupan dunia dan kdpn nanti. Tetap selalu positif Mba :p keep strong aja :) berbeda pendapat asyik dalam ranah diskusi dari hati ke hati, untuk saling memahami, bukan ingin benar sendiri.

    Salam kenal

    ReplyDelete
  73. very well said. terkesan dengan pemikiran dan sikap mbak gita. tetap semangat mbak. salam hangat.

    ReplyDelete
  74. halo ka gita. Ini kali pertama saya baca blog ka gita dan wow, my mind was completely blown. Banyak hal yang bikin aku mikir "ih bener juga ya" ya intinya ngerasa baru keipikiran aja gitu dann juga di beberapa paragraf aku mikir nah ininih yang mesti masyarakat baca. Emang bener kata kagit, kita mesti lebih banyak melihat, mendengarkan, dan membaca supaya pribadi kita bisa tetep growing (ka gita ga secara gamblang nyatain itu tapiya pesan moral itu yg aku dapetin setelah baca blog ini)

    keep spread your positivity kak!:)

    ReplyDelete
  75. So im 17 dan aku udh mikirin kalau nanti aku nikah aku mau tunda punya anak dulu krn dibayangan akuaku, aku bakal nikah disaat aku masih berkarir yang otomatis itu sibuk dan aku bener bener mau merasakan proses kehamilan sampai anak aku udh cukup gede baru mau berkarir lagi jadi aku kayak butuh waktu yg tepat untuk hamil (mungkin aku harus benar2 puas berkarir dulu sebelum memfokuskan diri pada kehamilan), tapi kayak aku melawan pikiran ku gitu loh krn aku juga sering ngeliat komen2 org di sosmed maupun secara langsung dan yeah ga bisa dipungkiri setelah baca2 konten yg seperti ini aku makin yakin bahwa "hidup ku ya hidup ku" aku punya menetukan diriku sendiri dan lainnya. So thankyou kak dan semoga bisa nulis2 terus kedepannya :)

    ReplyDelete
  76. Thank you kak gita, im 20 yrs old now. Gw INFP, dan sebenernya apa yg disampein kak gita lewat blog ini tuh kaya "yaAllah ada juga yg sependapat sama gw. Hahaha.

    Terima kasih sudah menyuarakan isi hati saya yg banyak diemnya namun rame pemikiran di otak. :")

    ReplyDelete
  77. That 'invisible shield' yang bisa saya simpulkan adalah menyadari akan kebodohan mereka, dalam artian mereka tidak memahami cuitan mereka sendiri....

    Like, "are these people even real?" :/

    ReplyDelete
  78. Kak git, aku ada pertanyaan tapi udah aku tanyain di dm,aku harap kak gita bisa menanggapi 🙏

    ReplyDelete
  79. Paham kak sekarang. Mantabsss! Jujur platform kak git yang paling aku suka itu blog, kedua baru vlog (terutama beropini). Kaka sedikit bnyknya ngebuka mindset aku jadi lebih open minded. Dulu tuh kalo ga suka samaa pendapat orang, aku kaya langsung males gitu sama orgnya, gamau tau gitu alesan dia apa, bodo amat, tapi lambat laun nyadar kalo tiap orang punya opini masing-masing, ya namanya beda kepala ya wajar beda pemikiran. Sekarang kalo nemu yang pendapatnya beda, aku jd lebih mau tau gitu alesan dibaliknya apa, buat referensi dari perspektif lain, karena bisa kan malah pendapat kita yang salah. Aku juga melulu sependapat sama kak gita, ada kalanya beda, tapi ga serta-merta aku ge-hate kak gita, tenang kak git aku masih waras, kaka tetep jadi salah satu role model aku, aku ga gesrek kaya orang-orang yg kaka upload di @warganetbersabda kok. Semoga sehat selalu ya kak, terus menginpirasi, dan tetep nulis blog pleaseeee 💖💖💖

    ReplyDelete
  80. Nikah dan punya anak udah kyk kompetisi aja yah di Indonesia. Miris 😢

    ReplyDelete
  81. Permasalahan disini adalah orang Indonesia banyak yang belum memahami makna dari setiap kata yang umum didengar dan hanya menjadikan persepsi umum sebagai referensi mereka

    contohnya pas sekuler itu, sekuler itu kan artinya memisahkan Agama dan Politik yang berarti gak ada hubungannya dengan individu, sementara orang yang jawab bilang sekuler adalah gak bisa membedakan mana yang baik dan buruk.

    Sama seperti liberalisme, banyak orang hanya taunya liberalisme adalah hal yang buruk yang jadi budaya bobrok orang barat, padahal makna liberalisme adalah kebebasan individual yang berarti setiap orang bebas akan dirinya sendiri, menentukan arah hidupnya sendiri tanpa mencampuri urusan orang lain.

    Dalam kasus ini gua bisa menyertakan bahwa Kak Gita memiliki sisi dalam diri kak Gita yang liberal, sisi ini adalah bagaimana Kak Gita tidak mau langsung judge orang, gak mau memaki orang, menilai orang hanya karena dia LGBT lah atau gak berhijablah, Kak Git membiarkan mereka live their life with their own understanding, dan ini adalah sisi liberal dari diri Kak Gita. Dan menurutku it's not bad dan harus Kak Gita pertahankan terus.

    Tadi kak Gita bilang mengambil hal baik dalam feminisme dan membuang buruknya, sebenarnya Kak Gita sudah melakukan hal yang sama terhadap liberal itu sendiri. Ini adalah hal yang sama yang dilakukan oleh wanita Turki pas masa dimana mereka gak boleh berhijab, mereka tak pernah menggunakan pembelaan Agama, mereka justru menggunakan pembelaan liberal, mereka mengatakan kepada orang kemalis ini bahwa kalo kamu mau negara sekuler, ya tegakkan liberalisme, salah satu bentuk liberalisme itu adalah dengan tidak melarang wanita berhijab. Makanya aku punya Paman yang tinggal di Turki, istrinya itu orang Turki lulusan LMU Munich, dimana istrinya kuliah di Jerman karena gak bisa kuliah di Turki dengan memakai Hijab, dan dia pernah ditanya kenapa pilih jerman???, kenapa gak negara lain yang lebih Islam kayak UAE, Saudi, atau Malaysia, Indonesia dll, dia bilang "saya ingin menyindir pemerintah saya, saya ingin dia menunjukkan kedia bahwa dengan keadaan kita disini sebagai minoritas, kita gak ada masalah dengan Hijab, masa di negara dimana kita mayoritas kita malah bermasalah dengan Hijab, apalagi titel negara kami sekuler", jadi mereka menggunakan sekulerisme itu sendiri untuk melawan para kemalis ini, mereka mengambil poin positif dari sekulerisme dan membuang negatifnya.

    ReplyDelete
  82. Gue juga ikut merasakan Git, sebagai orang yang pernah dibilang liberal dan sekuler. Gue berteman sama orang-orang yang berbeda agama tapi kami gak pernah ada masalah. Secara gak langsung mereka mengajarkan guess untuk lebih bertoleransi. Menurut gue, berpikir terbuka dalam segala hal itu penting. Jangan membiasakan diri untuk menelan mentah-mentah atas semua informasi yang kita dapat. Sekarang ini memang semakin marak orang-orang yang mengukuti faham garis keras yang mengatasnamakan agama yang akhirnya menjadikan mereka fanatik buta dan membuat kita sulit membedakan mana faham yang sesuai dengan akidah kita. Gue setuju kalau agama itu adalah masalah personal. Setau gue satu-satunya yang tahu benar soal dosa adalah Sang Pencipta jadi gak perlu kita melabeli orang dengan sebutan itu. Toh dasarnya manusia itu memang pendosa cuma kadarnya aja yang beda. Tapi ngurusin itu gak ada manfaatnya, yang pasti cuma bikin pusing kepala. Ibaratnya, sibuk ngomongin hutang orang lain, kita sendiri hutang sana-sini (lebih banyak lagi). :-D

    Terus terang sedih dan bikin geleng-geleng kepala kalau melihat kondisi negara kita saat ini. Dengan mudahnya mereka diprovokasi. Harusnya ini menyadarkan kita akan sangat pentingnya peran pendidikan. Kita memang punya kebudayaan berbeda dengan dunia Barat tapi dengan kita mengikuti cara berpikir mereka yang open minded dan mau belajar, kita gak akan rugi. Toh itu tidak serta-merta menjadikan kita sebagai kafir. Tuhan memberikan kita akal supaya bisa memilah mana yang benar dan salah. Selama itu baik dan tidak bertolak belakang dengan akidah kita, kenapa tidak? Bukannya banyak ilmu menjadikan kita semakin berkembang sekaligus mengangkat derajat kita sebagai manusia?

    Sebagai orang yang cuma bisa speak up alakadarnya, gue dukung lu Git. Tetap semangat dan terus menginspirasi yaa! :-)

    ReplyDelete
  83. yg soal nikah muda itu setuju bgt kak Git..

    ReplyDelete
  84. Feminisme budaya barat? hmmm... bukannya saat pertama kali islam muncul itu untuk menyelamatkan perempuan ya?

    ReplyDelete
  85. Feminisme budaya barat? hmmm... bukannya saat pertama kali islam muncul itu untuk menyelamatkan perempuan ya?

    ReplyDelete
  86. selalu suka sama yang dibahas kak Gita, dan aku juga sepaham sama kak Gita, menurutku dari pertanyaan di akhhir tulisannya kak Gita, kak Gita ga liberal, kak Gita orang yang rasional,. Semangaat terus kak.. jangan bosan buat berkarya, aku selalu nunggu karya-karya dari kak Gita...

    ReplyDelete
  87. Have no idea about them whose comments with negativity, there is no way to label on someone whether he/she is bad or good person. As a human being,kita harus tahu bahwa si A belum tentu buruk dimata Tuhan... Dan sebaliknya.

    ReplyDelete
  88. jujur setelah baca kontennya kok jadi makin sedih,
    ternyata setelah banyak gedung- gedung sekolah ternyata masyarakatnya masih konservatif, kalo dilihat" yang komen sedemikian kelihatannya juga masi muda dan paripurna.
    jujur saya masih ga percaya ketika orang-orang masih mempermasalahkan instrumen daripada esensi yang sesungguhnya.
    islam bukan agama baru, tapi orang" lebih peduli dengan perangkat dan mengkafir"kan yang lain daripada mencari tahu latar belakang.
    saya suka berdiskusi, tapi ketika ada opini yang menurut saya ga ilmiah dan langsung nyangkut ke metafisik dengan embel embel hadits dan Quran, saya ga habis pikir. selama ini mereka menjadi muslim apa yang dipelajari? memang ada beberapa hal yang tidak bisa dibuktikan, tapi bukan karena islam itu halu tapi karena manusia itu terbatas.
    daannn..
    wow, banyak ya ternyata orang yang mengambil kesimpulan bulat hanya dari beberapa clue, jujur sedih banget, orang mudah sekali menjustifikasi tanpa MAU mencari latar belakang. kadang mau mentolerir tapi pliss... jaman sekarang kalo ga tau ya cari tau, jangan hanya dari satu sumber tapi cari sebanyak-banyaknya sampe kamu sendiri tau kebenarannya.
    semangaat kak gita, terimakasih sudah mau jadi salah satu referensi bagi kita yang masih belajar dan mau belajar, setidaknya kita sekarang less stupid :)

    ReplyDelete
  89. inspiratif, setelah saya pribadi membaca tulisan gita, jadi menjadi inspirasi untuk banyak kalayak khususnya muslimah indonesia

    ReplyDelete
  90. Assalamu'alaikum wr wb. Kak, aku cuma mau mengutarakan pendapat aja nih -mungkin diskusi juga-. Yang tentang trestan dan coki. Kalo reference ka gita emang komedi barat yang udah biasa nge-roasting agamanya menjadikan ka gita biasa aja dan cuma nganggep para komika ini nyindir sebagian ummat, kalo menurutku ya, Islam itu ngga seharusnya sih kak dijadiin komedi. Memang mungkin awalnya nyindir doang kak, tapi nanti semua jadi membolehkan dan terbiasa, akhirnya martabat dan marwah agama itu hilang. Kita belajar aja dari apa yang udah terjadi antara agama dan komedi di barat. Dan lagi, menurutku hampir ngga ada gunanya sih kak nyindir ekstrimis agama di Indonesia, yang ada malah menimbulkan kesalahpahaman pihak yang lain -padahal bukan targetnya gitu kan-. Para ekstrimis ini, kalo ngerasa agamanya dihina, mereka akan tambah ekstrim. Jadi apa tujuannya bikin komedi berbau agama 😂 kalo menurutku ya, cara terbaik untuk menghadapi mereka yang terlalu keras sama agama ya diskusi. Tapi intinya, aku ngga setuju agama dijadiin candaan di Indonesia, demi menjaga marwah agama itu sendiri. Agama apapun. Terimakasih kak.

    ReplyDelete
  91. Hi!:)
    It is not my first time to be here, blogwalking a cup of tea. I always love the title. It is cute. I used to read ur writing here. All I want to write here just "Thank you". Kalaupun saya nggak berkomentar nggak apa2 sih, tapi sekarang mungkin dengan komentar saya bisa menjadi wakil banyak orang2 yang teredukasi sama bacaan kaya gini. Doakan ya kak saya ingin berkuliah di luar negeri tahun depan. ^^

    ReplyDelete
  92. Assalamualaikum. Gita tarbiyah yah. Saya pahaam fikrah kamu. Tenang aja santai,fiqh dakwah kamu bagus. Jalan dakwah memang seperti itu panjang dan berduri. Salam kenal. Jazakillah , salam juga untuk suami. Kita dai bukan hakim.

    ReplyDelete
  93. Simple aja sih, hidup itu yang menjalani si manusianya setiap individu. Nah setiap manusia dikasih akal dan fikiran juga hati. Apapun pendpat seseorang tentang sesuatu ya pasti ada alasannya. Nah poin kita sebagai yang melihat dan mendengar (itupun gak langsung cmn lwt medsos) ya kudu hormati mau itu sependapat atau enggak. Intinya masih sama" satu iman satu tuhan, tetep sayangi apalagi kepada yang berbeda. Hidup itu jangan dipermasalahin, setiap orang punya masalah yang beda" dalam nanggapinnya pun juga beda". Ketika ingin membela atau memertahankan pendapat sendiri itu tolong jangan tinggikan ego kalian, tapi cobalah menunduk, mendengar, dan lihat dimana sisi samanya.kalau yang kalian cari itu bedanya ya jelas gak kelar", sesuatu yang berbeda itu ada peran simanusianya kenapa memilih begitu dan juga disitulah tanggung jwab masing" terhadap apa yg jdi prinsip hidupnya. Tetep semangat kak gita, sesama muslim yang baik tetaplah baik walau disakiti

    ReplyDelete
  94. Assalamu'alaikum kak Gita. Setelah membaca ini aku jadi lebih paham lagi cara pandang kak Gita. Kalau menjawab pertanyaan terakhir dari kak Gita "Apakah kak Gita liberal?" aku tidak bisa bilang iya. Karena liberal itu relate dengan kebebasan, kalau bebas buat apa kak Gita pakai kerudung? Toh Quraish Shihab pun tidak mewajibkan jilbab. Kak Gita berhijab karena di Al-Qur'an sudah jelas perintahnya. Namun mungkin yang membuat pendakwah di IG itu khawatir adalah karena kak Gita kurang membawa Al-Qur'an dan As-Sunnah setiap kali membagikan opini.. Kalau aku mengerti kenapa kakak sepert itu, karena yang menonton kak Gita bukan muslim saja. Kemudian, terkait nikah muda, SETUJUU itu keputusan masing-masing, namun alangkah baiknya kak Gita juga mengingatkan kepada teman-teman bahwa menikah itu sunnah, sesuatu yang dianjurkan Rasulullah SAW. Terkait finansial, memang penting untuk dipersiapkan karena ikhtiar adalah bagian dari tawakal, tidak bisa dipisahkan. Aku suka sama blog kakak, karena ada satu quotes dari kakak yang mengubah cara ku bertindak, yaitu "Sebaik-baiknya dakwah adalah dakwah dengan perilaku kita" :) Semangat selalu menebarkan kebaikan...

    Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mengatakan bahwa:
    “Barangsiapa diantara kalian yang melihat kemunkaran, hendaknya dia merubah dengan tangannya, kalau tidak bisa hendaknya merubah dengan lisannya, kalau tidak bisa maka dengan hatinya, dan yang demikian adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim

    Jazakillah khayran

    ReplyDelete
  95. Ntah kenapa lebih suka buka blognya kak gita daripada vlognya hehe. Karena kalo di blog terasa lebih jujur aja gt. Bukan berarti di vlog ngga jujur ya. Ini masalah preferensi aja si. Gue setuju tuh kak sama yg ttg nikah. Nikah bukan perkara mudah. Selain ttg finansial dan kedewasaan diri, nikah kan juga ada ilmunya. Fikih menikah dh kalo ngga salah. Jd yah nanti saat udh nikah bisa tau kyk apa aja kewajiban dan hak sbg istri/suami. Trus juga bisa bikin tambah wawasan dan kedewasaan. Itu si setau gue. Intinya mau nikah pun harus belajar dulu setau gue. Jd nikah bukan cuman buat urusan bawah perut aja supaya terhindar dr zina. Apa lg abis nikah udh dikasih amanah buat punya anak. Hmm tambah besar tuh tanggung jawabnya. Pas mau nikah aja ngga punya ilmu, apalagi pas punya anak. Kalo si orang tuanya aja ngga punya ilmu, gimana si anak mau jadi anak yang berilmu ?

    ReplyDelete
  96. Ntah kenapa lebih suka baca blog daripada liat vlog. Abis lebih terasa ini tuh bener2 isi hati dan pikiran lo kak git. Eits ini si ttg preferensi aja yaah. Gue setuju ttg yang menikah itu. Bukan berarti menentang orang yang mau menikah muda yaa. Silahkan aja mau nikah mudah asal udh tau dan paham ilmunya. Karena Menurut gue nikah tuh bukan perkara mudah. Nikah tuh selain butuh finansial dan kedewasaan, juga butuh ilmu. Setau gue ada bahasan fikih nikah dh. Jd tau ttg semisal apa aja hak dan kewajiban sebagai suami/istri. Jd bisa membantu mendewasakan diri juga. Itu si setau gue. Apalagi pas udh nikah langsung dikasih tanggung jawab buat punya anak. Hmm tambah besar dh perkaranya. Kalo pas nikah aja ngga ada ilmunya gimana pas udh punya anak ? bisa makin ngga ada waktu dh buat belajar hal2 yg harusnya diketahui sebelum nikah. Kalo orang tuanya aja ngga punya ilmu gimana di anak jd anak yang berilmu ?

    ReplyDelete
  97. Setelah baca postingan Kak Gita ini, pikiranku jadi open-minded. Thanks kak 🙏

    ReplyDelete
  98. Saya ngerti kenapa orang-orang itu bilang kamu liberal. Dan saya juga ngerti kenapa kamu bingung dibilang liberal. Sebagai orang yang liqo juga (bahkan sudah lebih dari 10 tahun, sampai sekarang) saya juga selalu dicap sebagai akhwat liberal yang harus diselamatkan. Tenang saja Gita, kamu nggak sendiri :)

    ReplyDelete
  99. Hai kak gita, aku seneng ngeliat vlog dan blog kak gita. Ya walaupun kak gita di cap muslim liberal, dsb. Aku tau gimana rasanya ketika orang memberikan label/cap kpd diri kita bahwa kita seolah tidak baik. Disaat kak gita di cap muslim liberal, kurang agama,dll. Aku dan keluarga ku di cap kebalikannya, di cap sesat, tidak umum, dll. Maka dari itu aku bener2 tau gmn rasanya di judge, apalagi saat itu ga jaman netijen di medsos, dan netijen sebenarnya itu dtg dr temen, keluarga dan masyarakat di sekitar aku. Makanya menurutku semua orang termasuk aku atau kak gita itu pasti punya pedoman dan pendapat masing2. Ketika aku ngefollow/ngesubscribe kak gita bukan berarti lantas aku menjadikan kak gita sebagai pedoman aku. Semua itu kembali ke diri kita masing2. Aku sih nganggep kak gita tuh ibaratnya kalo buat makalah nih sebagai sumber referensi. Aku sendiri yang mikir, nulis dan dapet nilainya. Jadi ya mana yg menurutku diambil yang bagusnya, dan yg ga bagus bukan berarti di judge menjafi sesuatu yang sepenuhnya ga bagus. Kak gita ngebuat aku jadi open minded, menilai orang dr berbagai sudut pendang, belajar menghargai dan tidak menjudge seseorang, dan menjadi diri sendiri.
    Ya mungkin itu aja yang perlu aku sampein kak, mohon maaf atas kesalahan ataupun kekhilafan saya. Tetep semangat kak��

    ReplyDelete
  100. Q aktivis perempuan juga, hobi ngomongin gender. Tapi di cap sama temenku kalau aku liberal, keras kepala, di nyinyir sana-sini tiap kali bahas gender. Sampe akhirnya mereka sering diem karena sangking sebelnya sama aku. Aku seorang wanita, muslimah, berhijab, dari SD-Kuliah di tempat berbasis madrasah dan agama. Terus islam gue dipertanyakan? Krn gue gak sealim mereka dalam berpikir. Sampe akhirnya Q paham kenapa orang konservatif misuh-misuh tiap w ngomongin gender. Ternyata mereka itu cuma tau Gender dari melihat masalah-masalah yang muncul karena gender, sampe gamau tau ga mau belajar kenapa, dan bagaimana sejarah awalnya gender itu muncul di kehidupan manusia itu.
    Karena gw pernah ikut kelas gender dari Komnas perempuan gw jd tau & lebih open mind. Akhirnya w cuma bisa ketawa kalau orang sikut-sikutan masalah gender "Ternyata masih banyak hal yang perlu kita pelajari lho" supaya ga sikut-sikutan. Hmmm
    Kemudian w bljr jg ttg gender dalam islam, feminis dalam islam. Akhirnya aku sering senyum² sendiri bahwa agama gue tuh sebenernya lebih adil gender dan lebih feminis untuk kebaikan hak² dan keadilan perempuan. Tapi society aja yg bikin seolah jadi feminis adalah kesalahan, jdi feminis berarti lo liberal. Padahal kalau kita baca kisah² islam, kita akan paham bahwa banyak kisah² islam yang feminis lho...
    (Mungkin society hanya kurang referensi ilmu, jadi sering sikut²an sama pemahaman mereka yg dianggap paling benar)
    Semangat kak Gita, kamu nggak sendiri ...

    ReplyDelete
  101. Halo git. Netijen emg nggak bisa dimaklumi kalo udah menggiring opini. Jadi memang perlu diluruskan. Aku suka caramu bergaul dg semua kalangan. Ttg menunda momongan, aku setuju dengan semuanya perlu disiapkan matang-matang. Aku menikah umur 23tahun, dan punya anak 24tahun. Karna jadi wanita itu harus realistis. Aku juga nggak ujuk2 punya anak. Banyak hal yang aku pikiran dan obrolin sama suami. Dari mulai siapa yg harus merelakan karirnya sampe biaya kontrak rumah (pas belum ada rumah). Rejeki memang dari Allah, tapi kita kudu realistis juga kan. Setelah aku dan suami sepakat, kita mulai mengusahakan segera punya momongan. Step selanjutnta hidup mulai minimalis (bukan ngirit abis2an, tapi mengurangi belanja yg ga produktif), mencoba usaha lain pokoknya ngelola uang buat hidup dan masa depan. Tapi sejak punya anak aku jadi lebih kreatif menangani kasus keuangan yang harus nyicil rumah, bayar listrik, indihome, air, kondangan, biaya mudik, acara bulanan kayak dasawisma dan PKK. Ngemall sebutuhnya aja, kalo di ace hardware ada diskon baru meluncur.

    Jauh sebelum aku siap seperti sekarang. Aku sudah mempersiapkan diri sejak SMP. Mulai hidup mandiri, ngatur keuangan sendiri, ngatur emosi, ngatur kegiatan biar produktif. Pas kedua orang tuaku meninggal. Aku cukup siap menghadapi dunia ini sendiri.

    Jadi git, apapun keputusanmu ttg menunda punya momongan. Itu murni dari kesiapan mental, hati dan finansial. Menikah dan punya anak bukan life'goal. Masih ada tahapan berikutnya. Sama kayak kuliah, lulus kuliah bukan life's goal. Masih ada tantangan baru harus nyari kerjaan, naik jabatan, berkarir, sampe akhirnya pensiun dg penuh makna.

    Salam kenal

    ReplyDelete
  102. Iya aku setuju banyak org yg cuma bisa ngomong tapi gatau artinya apa. Hmmm atau coba mbak gita tanyanya sama org yg lebih paham, coba deh tanya/ japri sama yg lebih paham @hawaariyyun, @felixsiauw, @benefiko. Terus menurutku, ditulisan ini cuma ada buruknya orang, coba deh lebih adil lihat sisi buruk seseorang dan dibarengi dengan sisi baiknya dari org tsb :)

    ReplyDelete
  103. Iya aku setuju, banyak org yg cuma bisa ngomong tapi gatau artinya apa gatau yg dia omongin tu apa . Coba deh mbak gita tanya nya sama org yg lebih paham, jadi kayak diskusi gitu japri sama @felixsiauw, @hawaariyyun, @benefiko. Dan coba deh mbak gita lebih adil, jangan lngsung menjudge org tersebut jgn cuma nulis keburukkan orang, ada baiknya lihat sisi baiknya juga dari org tsb

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nope, si Felix menurut gw muallaf melampaui batas, banyak isi ceramahnya radikal

      Delete
  104. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  105. Terlepas dari semua omongan orang orang diatas terhadap kak gita, aku mungkin ga tau terlalu banyak masalah politik dan agama, tapi yang aku tau manusia itu harus nya wajar wajar aja, hidup sewajarnya ga lebih ga kurang.
    Untuk saat ini aku lebih sering mengabaikan hal hal seperti itu, aku tau itu salah, tapi aku belum tau bagaimana sebaiknya aku berbuat agar tidak membuat kekacauan dalam permasalahan. Jadi sampai saat ini aku memilih diam, karena dirasa lebih baik.
    Aku suka dengan pemikiran kak gita tentang bagaimana menjalani hidup menurut kak gita.

    Terus berkarya, terus beropini kak gita,, karena masih banyak orang di dunia ini yang butuh pencerahan dalam melalui berbagai permasalahan hidup dan mereka butuh kak gita. Termasuk aku

    Terimakasih kak gita

    ReplyDelete
  106. nice post mba gita, aku mampir kesini habis liat postingan-postingan yang pake potongan video kak gita dan nge-judge ini itu. Benar kata kakak, orang-orang di instagram pemikirannya sempit banget, seperti nggak paham manusia itu makhluk yang kompleks.

    ReplyDelete
  107. Semangat ya Gita. Saya suka tulisan kamu yang berani beropini. I can see that you are an intellectual. Kadang-kadang yang suka respon asal jeplak memang yang kurang baca atau bacaannya (dan pergaulannya) masih disitu-situ aja. So, yang sabar ya!

    Salam
    Nina (30yo)

    ReplyDelete
  108. Ada beberapa hal yang aku kurang setuju sama ka gita, tp jg ada bnyk hal yg aku salut bgt sm pemikiran kagita. Ketika kita beda pandangan tentang agama kita, apakah lantas kita mengkafirkan org lain dng mudahny? Pdhl kita saudara seiman, dan di dlm islam diajarkan hrs berprasangka baik trs sm org lain. Sekecil apapun celah yg ada, bukan trs2 nyudutin org, ngorek2 keburukannya.. intinya sih, sbg seorang manusia hrs bisa open minded, yakin sm keyakinan kita kan bkn berarti nyalah2in org lain di depan mata.. come on laa,, kita cm manusia biasa yg berusaha buat taat dan masuk surga.. semangatt ka gita ♡♡♡♡

    ReplyDelete
  109. Ada beberapa hal yang aku kurang setuju sama ka gita, tp jg ada bnyk hal yg aku salut bgt sm pemikiran kagita. Ketika kita beda pandangan tentang agama kita, apakah lantas kita mengkafirkan org lain dng mudahny? Pdhl kita saudara seiman, dan di dlm islam diajarkan hrs berprasangka baik trs sm org lain. Sekecil apapun celah yg ada, bukan trs2 nyudutin org, ngorek2 keburukannya.. intinya sih, sbg seorang manusia hrs bisa open minded, yakin sm keyakinan kita kan bkn berarti nyalah2in org lain di depan mata.. come on laa,, kita cm manusia biasa yg berusaha buat taat dan masuk surga.. semangatt ka gita ♡♡♡♡

    ReplyDelete
  110. Mungkin yang buat mereka menuduh mba Gita liberal, karena melihat video mba gita dan mas paul saat bilang "semua agama baik, nggak usah cari flaws agama orang lain, itu orang nggak bijak dan kayak insecure gitu". Pernyataan itulah yang membuat beberapa orang yang nonoton ngira mba gita pluralis (tentu makna plural sesuai makna yg mereka pahami) dan pluralisme dianggap indikasi liberalisme. Sesama penimba ilmu, yang penting terus belajar, jangan exclusive dan suka mengkafirkan, sensi dan sumbu pendek, dan pegang prinsip "berilmu sebelum berbicara dan beramal, jaga adab!".

    ReplyDelete
  111. Iya, lo liberal. and nothing wrong with that. aku dulu juga kesal disebut liberal, padahal setelah dipikir2 kenapa jadi kesannya negatif ya 😑. anyway cuma label, yang penting bukan seperti katak dalam tempurung.

    ReplyDelete
  112. selalu suka sama tulisannya ka gita <3 aku tinggal di negeri orang juga buat study dan sangat relate-able sama tulisan ka gita! You go girl! don't waste your energy by replying all those people who just want to see you down! 화이팅!힘내자!

    ReplyDelete
  113. Terlalu banyak "hal" yang diselentingkan didalam kepala sendiri sehingga menimbulkan persepsi. Ada baiknya Bisa memilih mana yang baik atau tidak. Netizen memang maha benar, in the end .... Dont judge person so eazyly. perbedaan akans elalu ada, menghormati adalah yang terbaik dalam diri. Suka sama tulisannya kak. menjelaskan dengna kalem dan mendalam tanpa emosi melupa luap.

    ReplyDelete
  114. Kak, dipertanyaan kakak paling bawah yang tanya soal kakak liberal atau gak. Kalau menurutku liberal itu berarti kebebasan (mungkin aku terlalu general untuk ini). Nah jadi aku melihat kak Gita sebagai orang yang konservatif secara pendiriannya, tapi liberal mengenai pilihan orang lain. Jadi, Kak Gita tetap menjadi Kak Gita dengan memegang teguh pendirian kakak mengenai islam secara ajarannya tapi menghormati pilihan orang lain. Dan dengan sikap toleransi itu malah disalah artikan oleh orang - orang yang menurutku hanya melihat dari kulitnya saja, tapi ga keinti atomnya (loh kok malah kimia).

    ReplyDelete
  115. apalagi kalau kamu suka ceramahnya cak nun git, wah bakal tambah rame netizen.

    ReplyDelete
  116. Artikelnya keren banget ....
    Yuk Saling Tukar Informasi
    siapa tau nanti butuh travel malang jember-2019

    Terus ngeblog ya kak...
    semangat dan semoga bermanfaat
    Travel Malang Jember 2019 Harga| Jadwal | Armada Terbaru

    ReplyDelete
  117. Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya. (QS. Al-Isra’ : 36)

    ReplyDelete
  118. keren sekali artikelnya, manarik

    ReplyDelete
  119. Untuk soal nikah kak, kak Gita pernah denger gk tentang berbagai hukum nikah
    1. Wajib, ini kalo orangnya udh mampu untuk nikah, dan dia takut akan terjerumus didalam zina.
    2. Sunnah, kalo orang ini sudah mampu untuk menikah tetapi ia masih mampu mengendalikan diri dari berbuat zina.
    3. Makruh, ini kalo orang belum berminat menikah dan juga belum mampu untuk menikah sedangkan ia mampu menahan diri dari berbuat zina.
    4. Mubah, orang yang mau menikah bisa nahan nafsunya dari berbuat zina, dan sudah mampu untuk menikah tetapi, ia belum berminat menikah.
    5. Haram, ini orang yg kalo menikah, justru akan merugikan isterinya karena ia tidak mampu member nafkah batin dan nafkah lahir. Atau jika menikah, ia akan mencari mata pencarian yang diharamkan Allah. Nah jadi kalo soal kakak bilang tentang bocah yg masih miskin tapi berani bilang kalo dirinya pasti bisa biayain istrinya. Dan ternyata emang dia gk bisa. Yaa...... Bukannya itu termasuk kategori ini ya.
    Itu sih yg gua pelajarin di materi PAI pas SMA

    ReplyDelete
  120. Iya nih kak, aku selalu risih banget sama pemikiran pemikiran orang indo yang lagi sensitif banget kaya ibu hamil. Apalagi soal agama, apa apa pelecehan agama apa apa dibilang kafir dan hobi banget mengkafirkan orang hanya karna nggak sesuai sama pemikiran mereka. Oh ya kakak semangat aja berkarya dan membuat konten karna masyarakat indo nggak semuanya kaya gitu kok, masih banyak yang waras dan berfikiran terbuka jadi semangat Kak gita. Aku fans kk

    ReplyDelete
  121. Iya nih kak, aku selalu risih banget sama pemikiran pemikiran orang indo yang lagi sensitif banget kaya ibu hamil. Apalagi soal agama, apa apa pelecehan agama apa apa dibilang kafir dan hobi banget mengkafirkan orang hanya karna nggak sesuai sama pemikiran mereka. Oh ya kakak semangat aja berkarya dan membuat konten karna masyarakat indo nggak semuanya kaya gitu kok, masih banyak yang waras dan berfikiran terbuka jadi semangat Kak gita. Aku fans kk

    ReplyDelete

Show your respect and no rude comment,please.

Blog Design Created by pipdig