Kalian pernah denger tentang konsep „minimalism“ ? Selama ini mungkin kita cuma mendengar konsep tersebut dalam seni, arsitektur, dan juga musik. Tapi ternyata minimalisme lebih dari itu. Beberapa tahun ini gaya hidup minimalis sedang naik pamor. Terinspirasi dari negara Jepang, di mana tidak hanyak rumah, fashion, dan furniturnya yang simpel, ternyata kebanyakan orangnya pun menganut gaya hidup simpel ini pula. What I find interesting about this lifestyle is that we live with only things that are necessary in order to really focus on the life itself. Menurutku konsep ini semacam breath of fresh air di tengah-tengah hiruk-pikuk konsumerisme dunia modern sekarang.
Ketika aku mencari tahu tentang konsep ini aku sangat bisa relate karena mempunyai banyak barang itu bisa sangat mendistraksi fokus kita. Sering kali juga kita terlalu merasa terikat dengan suatu barang hanya karena barang tersebut memiliki memori tertentu. Tidak jarang juga kita merasa terikat dengan sesuatu hanya karena, tidak ada alasan tertentu. Rasa keterikatan inilah yang harus dibuang dan mengaplikasikan konsep minimalisme mungkin bisa menjadi cara yang jitu. Selain itu dengan minimalisme kita juga bisa membuang sifat konsumtif dalam diri kita dan akan berujung kepada hidup yang akan lebih terstruktur dan teratur nantinya. I am sure you’ve heard of this quote somewhere;
Saat ini aku sedang dalam proses ke arah minimalisme. Bermula dari melihat lemari pakaian yang terlihat sumpek. Lalu aku coba menyortir pakaian yang kiranya nggak aku pakai dan aku kaget pada saat itu aku berhasil membuang pakaian, sepatu, dan tas sebanyak dua kantong besar IKEA. Setelah beberapa bulan menganut konsep ini aku jadi makin aware atas apa aja yang benar-benar aku butuh dan makin mengapresiasi apa yang aku punya sekarang. Aku pun senang karena barang tersebut akan dipakai oleh orang yang beneran membutuhkan. Aku juga jadi jarang belanja dan uang ku bisa dipakai untuk hal lain yang jauh lebih penting. Makin ke sini aku jadi makin senang buang-buang barang yang nggak perlu untuk benar-benar memerdekakan diriku dari perasaan terikat dengan materi.
Belum lama ini tahun baru. If you don’t have any new year’s resolution yet, mungkin menjadi seorang minimalist bisa jadi resolusi tahun baru kamu.
Artikel ini dimuat di majalah Gogirl! Edisi Februari 2017.
Ketika aku mencari tahu tentang konsep ini aku sangat bisa relate karena mempunyai banyak barang itu bisa sangat mendistraksi fokus kita. Sering kali juga kita terlalu merasa terikat dengan suatu barang hanya karena barang tersebut memiliki memori tertentu. Tidak jarang juga kita merasa terikat dengan sesuatu hanya karena, tidak ada alasan tertentu. Rasa keterikatan inilah yang harus dibuang dan mengaplikasikan konsep minimalisme mungkin bisa menjadi cara yang jitu. Selain itu dengan minimalisme kita juga bisa membuang sifat konsumtif dalam diri kita dan akan berujung kepada hidup yang akan lebih terstruktur dan teratur nantinya. I am sure you’ve heard of this quote somewhere;
We buy things we don’t need to impress people we don’t like.
Believe it or not, we do it sometimes. In order to fit in modern day’s society we „need“ to own certain things because sadly people do judge a book by its cover. Because if you only wear the same clothes everyday people will think you’re broke. Banyak orang berpikir hidup yang enak adalah hidup dengan memiliki banyak materi. Punya rumah, punya mobil, punya tas berbagai model dan warna, punya makeup segala merek, dan sebagainya. Aku yakin kamu nggak setuju dengan itu karena obviously it’s about how we see our lives. Karena mensyukuri hidup itu sifatnya absolut dan tidak tergantung dengan berapa banyak barang yang kita punya. But still, banyak dari kita yang membeli tas bermerek dan mereknya harus terpampang supaya bisa dilihat orang-orang. Banyak juga dari kita tanpa sadar membeli barang karena banyak orang yang punya barang tersebut. We keep buying things even though we know we will never use them. What we don’t realize is this behavior can distract us. Those things that we bought are distracting us from what is essential, from life.Saat ini aku sedang dalam proses ke arah minimalisme. Bermula dari melihat lemari pakaian yang terlihat sumpek. Lalu aku coba menyortir pakaian yang kiranya nggak aku pakai dan aku kaget pada saat itu aku berhasil membuang pakaian, sepatu, dan tas sebanyak dua kantong besar IKEA. Setelah beberapa bulan menganut konsep ini aku jadi makin aware atas apa aja yang benar-benar aku butuh dan makin mengapresiasi apa yang aku punya sekarang. Aku pun senang karena barang tersebut akan dipakai oleh orang yang beneran membutuhkan. Aku juga jadi jarang belanja dan uang ku bisa dipakai untuk hal lain yang jauh lebih penting. Makin ke sini aku jadi makin senang buang-buang barang yang nggak perlu untuk benar-benar memerdekakan diriku dari perasaan terikat dengan materi.
Belum lama ini tahun baru. If you don’t have any new year’s resolution yet, mungkin menjadi seorang minimalist bisa jadi resolusi tahun baru kamu.
Artikel ini dimuat di majalah Gogirl! Edisi Februari 2017.