Lo tau gue sekarang lagi di mana? Gue sekarang lagi di Pausenraum a.k.a ruang istirahat laboratorium kimia anorganik kampus gue. Kenapa gue bukannya ke lab, tapi malah nulis blog? Soalnya eksperimen gue mesti dipanasin sampe jam 6 sore dan nggak bisa gue tinggal pulang. Karena dengan bodohnya gue nggak bawa headset, gue jadi nggak bisa nonton YouTube. The only thing I can do right now is writing blog.
So here I am.
Sekitar seminggu yang lalu gue ke Sate Siomay atau disingkat SASO. SASO ini adalah acaranya anak IWKZ yang bertujuan untuk ngumpulin dana buat bikin mesjid sendiri, karena basically tempat yang sekarang berfungsi sebagai mesjid nggak cukup besar buat ngelakuin kegiatan-kegiatan keagamaan. Nggak di Indonesia, nggak di Jerman, bikin mesjid itu lagi-lagi sulit. Lagi-lagi mesti minta sumbangan sama orang, lagi-lagi lama terealisasinya. Dulu gue pernah denger cerita Paul tentang orang-orang tajir di GBI Jakarta yang bisa provide finansial sampe harga mikrofon worship leadernya aja berpuluh-puluh juta. Wie schön.
Sebenernya bukan itu yang pengen gue omongin. Yang menarik adalah gue ketemu anak S3 domisili Dortmund yang lagi main ke Berlin. Umurnya kalo nggak salah 27 tahun dan kita ngobrol-ngobrol dikit lah. Lalu sampailah dia pada pertanyaan "Umur lo emang berapa, Git?". "Gue 24 tahun", jawab gue. "Sekarang lagi S2?", dia tanya lagi. "Nggak, gue masih S1.", jawab gue sembari quickly jump ahead to their point and processing my adequate level of response. That's typical INTJ by the way.
Anyways, sampe mana kita tadi? Ah, iya. I was like, "This question again. The same explanation again. I am bored.". Gue pun memilih respon yang singkat, nggak panjang-panjang. Buat apa juga panjang-panjang. Then I said, "Kuliahnya susah."
...
Beberapa minggu belakangan ini gue banyak ngeliat foto temen SMA gue nikahan. Kebetulan sekarang emang lagi saatnya anak 90, 91, 92, dan 93 buat naik pelaminan. Dan temen-temen gue rata-rata anak 91. Terus temen gue yang di sini juga ada beberapa yang--entah bercanda atau serius--nyuruh-nyuruh gue buat nikah. Not once, but to the point that it annoyed me so much.
This whole thing got me thinking, apakah poin dari kita hidup adalah untuk cepet-cepetan ngelakuin sesuatu? Kenapa juga kita mesti cepet-cepetan ngelakuin sesuatu? Cepet-cepetan achieve sesuatu? Dan kenapa kita harus ngikutin pattern yang udah ada, yang udah dilakuin sama orang-orang sebelum kita? I am 24 now. Apakah gue seharusnya sudah lulus kuliah? Apakah seharusnya sekarang gue udah jadi orang kantoran? Apakah sekarang seharusnya gue udah sibuk ngurusin vendor buat nikahan? Terus salah kalo gue belom ngelakuin semua hal tersebut? Salah kalo gue masih berurusan dengan perkuliahan S1 gue? Salah kalo gue belom jadi orang kantoran, walaupun gaji gue lebih besar dari orang kantoran di Jakarta? Ngomong-ngomong, siapa sih yang awalnya mengharuskan begini dan begitu seorang individu? Siapa sih yang awalnya ngebuat sistem ini?
I was that kind of person, who planned everything from A to Z. Who said, "Umur 21 tahun gue udah lulus kuliah, terus gue bisa dapet kerja. Abis itu gue nikah and so on.". After learning that what you want isn't necessarily what you'll get in a hard way, I now know that life isn't a race with everybody else. Life is a place to learn and eventually you will gain something, achieve something. But the whole point of living is to learn. Seseorang pernah nanya ke gue, jika gue bisa muter-balikin waktu apakah gue mau memilih jalan yang lain, which is nggak ke Jerman dan hidup gue pun akan berjalan "tepat waktu". My answer was a no and still a no and will always be a no. Karena gue tau betapa banyak pelajaran yang gue dapet di sini, yang bikin gue bisa kayak sekarang. Dan karena gue tau gimana nggak bangetnya mental gue kalau gue memilih untuk stay di Indonesia. Let's say me living in Germany has changed my perspective. It has changed the way I look at things and the way I think of things.
Terus gue nggak pengen nikah cepet? Of course gue mau. Tapi--realistically speaking--gue nggak bisa. Kadang manusia suka lupa: everybody has their own problems, conditions and what not. Dan gue 100% sadar betul kendala apa yang gue miliki sekarang, apa yang menahan gue dari moving forward ke life goals lainnya, seberapa berat kendala itu, dan bagaimana cara gue menyelesaikannya. So, I know that getting married isn't on top of my priority. Well, gue emang nggak tau gimana takdir gue. Gue nggak tau kapan Allah bilang gue siap. Kalo ternyata out of the blue gue nikah sekarang, ya bagus. Jodoh udah dateng, masa gue tolak?. But still, to everybody out there, please stop telling me to get married.
I think it is because of what society perceived as a "life success". Finish college, get a job, get married, have kids, pay loans, and die peacefully. It's not that kind of perception are wrong, it's just that some people have their way to enjoy their own life.. Therefore, everyone should live their life as they see fit, without sacrificing others free will to fulfill their life goals.
ReplyDeleteLet's wish everyone a good life. :)
Meskipun gue belum setua lo, eh maksudnya, belum seumuran lo, tapi problem kita sama. Lingkungan seakan nuntut untuk kita cepat2 berpindah ke jenjang/tahap hidup selanjutnya. Ya iya, gue juga pingin gitu. Tapi kapasitas tiap orang kan beda. Masalah yang sama gak bisa diatasi dengan cara yang sama oleh semua orang. Dan setuju banget sama kalimat: life is a place to learn. Orang yang gak lulus2 itu bukan berarti dia gak belajar apa2. Yah begitulah, manusia selalu mudah mengkotomi sesuatu.
ReplyDeletegita sering2 yah nulis blog dan cover lagu di sc. sebisanya hehe. apalagi aku suka baca blogmu ini sgt menginspiratif. salam kenal yaw :)))
ReplyDeletegita sering2 yah nulis blog dan cover lagu di sc. sebisanya hehe. apalagi aku suka baca blogmu ini sgt menginspiratif. salam kenal yaw :)))
ReplyDelete'Dan kenapa kita harus ngikutin pattern yang udah ada' itu sih yang menurut gue juga paling aneh. Seakan-akan kita dianggap 'aneh' ketika punya pattern yang lain. Anyway, baru pertama kali main ke sini nih! Salam kenal ya! \(w)/ Kayaknya lebih aktif di ask sama Youtube ya git?
ReplyDeleteAssalamualaikum. Hallo Gita �� the positive side about this perspective is berarti Gita disayang sama banyak orang.. Namun mungkin caranya tidak atau belum klik dengan way of life Gita saat ini..
ReplyDeleteSaya pernah berpijak pada state of mind seperti ini, ketika tidak ingin banyak orang mencampuri steps of life saya.
But back to berarti banyak yang sayang karena menikah itu menyempurnakan agama �� well kalo kata Pak ustad kan yaa pernikahan itu ada komitmen, tanggung jawab, mengerem ego, bagaimana strategi untuk bisa tumbuh bersama, dan mendapatkan keturunan (yang inginnya salih dan saliha), yaa ga santai karena memang ibadah.. ��
Kalau kata para sesepuh sih, menyegerakan menikah inshaa Allah kan segera dapet anak, nah bila umur masih muda, badan masih fit, bisa ada waktu untuk belajar parenting, masih kuatlah intinya buat ngurus anak.. Karena ngurus anak itu perlu stamina luar biasa.. Semakin kita dewasa, biasanya semakin sibuk, stamina menurun (bayi di enam bulan pertama luar biasa menyita waktu istirahat), jadi mungkin mereka khawatir..
No worries, they're not annoying, you just being loved by many people around, alhamdulilah. Just keep up the pray and good work, Allah knows the right time rite? �� xo
baru selesai nonton Coolyah! dan nonton video kak Gita pas ultah 20 tahun. lalu kakak bilang "20 tahun. 4 tahun lagi gue nikah" dan yaaa.. kakak udah sampai disini. :)
ReplyDeleteGiiitt... I feel you... :( setiap lebaran yg ditakutin adlh pertanyaan dr keluarga luar yg bukan nuclear family, yaitu: kapan nikah? Nunggu apa lagi? Jgn milih2 :(
ReplyDeleteeveryone have a plans for their life ..
ReplyDeletebetul juga, siapa yang nuntut kita harus following the pattern of kebanyakan orang ? :D
Alhamdulillah, saat ini saya baru ngerayain ultah yang ke-23, dan sudah menjalani pernikahan di tahun kedua (got married at my 21), sudah dikaruniai seorang anak, dan sudah diberi kemudahan untuk punya rumah sendiri, dan surprisingly sampai saat ini saya masih kuliah S1, i was breaking the pattern and rules !!
do your best, and prove to them :)
tetap semangat mba .
hmmm.. nikah emang jadi trend anak 90an sekarang di Indonesia. Beberapa alasan orang melakukan pernikahan, ada yang emang karena waktunya, karena ke imanannya kuat, ada yang terpaksa dan ada yang yang lain. Orang dewasa biasanya bisa menentukan arah hidup, jalan, membuat rute sendiri untuk hidup nya. Gak mesti jadi follower nya juga kan. Lagian nikah itu soal kesiapan. Tapi 24 - 27 itu waktu yang ideal untuk mengakhiri masa lajang. Kenapa ? We must thinking about our next generation (anak-anak kita *lah). Karena kultur Indonesia gak kaya di Eropa, setelah 17 tahun orang tua ngasih surat bebas jalan ke anak-anak nya (kata temen kantor yang di belgia).
ReplyDeleteKarena kalau nikah umur 24, besar kemungkinan kita masih ada di umur produktif ketika anak-anak kita menginjak usia remaja. Dan insya allah tubuh kita masih sehat/
Gue ngerasain hal yang sama, Kak Gita. Bahkan gue, which is still 18 dan masih semester 3, sudah mendengar bayak sekali teman-teman yang nge-plan buat nikah secepatnya setelah lulus S1. Padahal pada dasarnya, menikah adalah sesuatu yang sunnah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Namun ketika seseorang merasa takut akan jatuhnya ia ke dalam dosa, maka menikah menjadi sebuah kewajiban. Dan gue sendiri merasa ada banya--Banyaaak sekali tanggung jawab yang harus gue tanggung ketika sudah menikah, at least bercermin dari tanggung jawab orang tua gue sendiri ke anak-anaknya. Sementara sekarang gue masih harus belajar banyak hal. Well, I do agree: Life is not a Race.
ReplyDeleteHallo Git, salam kenal :D
ReplyDeleteAku suka tulisanmu.. kayaknya bakal sering sering ikutin tulisanmu nih :D
Padahal nemuin blog mu itu dari ketidak sengajaan liat video youtube akunmu hingga akhirnya aku kepoin kamu :D
Hai, Git. Gw juga pernah mengalami hal kayak gitu, ditanya kapan lulus padahal kuliah baru tahun ke-2. Abis lulus ditanya kapan nikah dan sampe sekarang gw ditanya mulu kapan nikah ketika satu-persatu temen-temen gw naik pelaminan bahkan ada yg sudah punya anak 3. Awalnya gw sebel banget kalo ditanya kayak gitu, lama-kelamaan gw bosen naggapinnya akhirnya kadang gak gw ladenin dan Alhamdulillah ortu juga bisa ngertiin gw ketika ditanya kapan nikah. Tapi gw percaya EVERYONE HAS THEIR OWN TIMES, BUT GOD IS ALWAYS ONTIME.
ReplyDeleteHai kak git,
ReplyDeletegw paham sama apa yang elo pikirin, mungkin ga sepenuhnya sesuai dengan pikiran gw. but,, i agree with almost all of ur statement. gw memang ga pernah ke Jerman atau keluar negeri. tapi gw banyak dapet pelajaran dan wawasan dari nonton video2 di youtube. gw hobi memahami situasi di sekitar lingkungan. dari sana gw bisa nangkep pandangan yang beragam dan ngebandingin antara Indonesia dengan negara lain, salah satunya tempat elo skrg kak,Jerman.
Untuk topik soal nikah, orang-orang di negeri kita punya kepedulian juga basa basi yang relatif tinggi kak,, tapi terkadang lebih banyak peduli dengan hal-hal yang enggak perlu banget dipeduliin.
Misalnya ya kayak nanyain kapan nikah? kok belum tamat? kok lambat punya anak? dan bla..bla..bla..
Bagi elo mungkin hal-hal itu mengganggu banget ya kak, tapi kalo lo mau lebih memahami lagi alasan positif dibalik semua yang lo rasa mengganggu... gw yakin kak semuanya td ga jadi masalah lagi buat lo :)
by the way, salam kenal ya kak git, gw rasa kita sedikit banyaknya punya kemiripan dalam cara berpikir :)
ohya gw ga jago banget bicara sama nulis kak, gw harap lo paham dengan tulisan gw diatas :D
haha, seandainya kita boleh jeblosin muka orang2 kepo itu ke jamban, I would have done that long long time ago.
DeleteI hope so..
DeleteEventho I don't know you, but I know how you feel. The perk of studying in germany :)
ReplyDeleteKarena nikah tu bukan hal yang harus dilakuin di waktu yang cepat, tapi di waktu yang teat.
ReplyDeletebaca blog gue juga dong :)
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletekak gita. I love you kak. kisah kakak menginspirasi gue yang sama sama lagi menempuh perkuliahan. thankiss kak :)
ReplyDeleteHi Gita,
ReplyDeleteI love your blog and vlog as well. I just found your account on Youtube and this Blogger. I hope that you could continue doing this. It is amazing, all of your stories and the way you see this life. I bet that many people could gain positive thing that brought by you, though some of them might not.
I could say that I have the same idea with you about this life in 'dunya' should be used as "learning session". Whatever, wherever, and whenever something happened to us, it will only made us a better person if we see that in a positive ways, just like you did.
Please continue blogging and vlogging :)
I would love to see more of your stories.
Cheers,
Kelvin
Btw, I plan to go to Germany next month. It would be nice though if I could have the chance to meet you. But, since I will mostly spend my time on Helgoland and Sylt, it's kinda hard. lets just see then ^^
Assalamualaikum gita, saya di bogor, saya bisa merasakan apa yang kamu rasakan saat ini, liat you tube channel kamu membawa saya nostalgia ke tahun 2004-2007. Vlog kamu menarik, sayang zamannya saya disana belum demam vlog, saya malah membuat footage tentang kota withzenhausen, yang rencananya ingin membuat film dokumenter tapi samapi sekarang belum pernah diedit. Anyway mengomentari tulisan kamu tentang nikah, jujur dalam hati kecil saya, kamu dan paul harusnya segera menikah, coba gita kaji deh dari 'point of view' agama. Jangan berpretensesi bahwa kita mampu mengatur kehidupan kita, ada Allah yang akan membereskan semuanya jika kita taat perintahNya. Saya yakin Allah akan lebih sayang kepada gita dan paul jika kalian sudah mengikuti "rule" nya Allah dan apa yang gita khawatirkan tidak alan pernah terjadi. Allah kuasa mahkluk tidak kuasa. Good luck ya gita.....
ReplyDeleteThe planner of life has His own way for every each of us. :)
ReplyDeleteKka git my fav 👭👭
ReplyDeleteDear Gita... sedikit nanya... knp dulu ambil jurusan kimia. Knp ga arsitek.. ato seni rupa.. ato kedokteran. Btw, apakah di jerman, ada pendidikan untuk dokter spesialis? Makasih...
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSetiap ke blog ini, postingannya selalu update dan menghibur
ReplyDeleteTerimakasih yaa
terus semangat blogging nya yaa gita
inspiring banget tulisannya
andai tulisan gue bisa kaya kamu...
Gue 28 belum merit dan cuma d3.
ReplyDeleteUdah itu aja
Rezeki, jodoh dan maut itu sudah ditulis Lauhul Mahfudz, tugas kita cuma berdoa dan berusaha. Let Allah Defines the result.. :))
ReplyDeleteHi sis. Salam kenal
ReplyDeleteKurang lebih 2 bulan lagi, aku menginjak usia 27 tahun, 2 tahun dari usia seperempat abad. Kalau bicara soal pasangan, aku sempet mikir kalau I am the most useless guy in the world, not even able to date any single girl for my lifetime. Realizing this fact, I once said to myself, will I live alone? OMG it would be so saad :(
But then, some months ago I realized something. Aku udah punya penghasilan, sebagian udah ditabung juga. Why not realizing my childhood passion and dreams instead of glooming me-who-has-not-dated-any-girls-for-almost-27-years?
It does feel great!
Pattern yang tepat waktu itu adalah kontruksi sosial di masyarakat. Orang yang dianggap berbeda dari kontruksi sosial dilabeli sebagai 'the others'. Padahal, setiap orang punya pilihan, prioritas dan visinya sendiri, yang belum tentu sama dengan orang lain atau konstruksi sosial itu sendiri.
ReplyDeleteWell, thank you for the sharing. Seperti mengingatkan kembali pada diri saya sesungguhnya (yang hampir ditelan otomatisasi kehidupan). XD
keren kak :D
ReplyDeleteGue setuju bgt cara pandang loe yang ini , hidup ini seakan2 harus begini dan begitu . Kok mereka yg ngatur2 abis lulus ntar bakal di tanyain kapan nikah , setelah itu kapan punya anak trus kapan anaknya punya adek and so on🙄 semua orang punya zona waktu masing-masing untuk berjalan, mungkin gak sekarang ,mungkin nanti dan yg paling penting bagaimana kita menjalani proses dan mengambil pelajaran dalam aspek hidup ini (berat amat bahasa GW) .. keep inspiring And writing gitu!
ReplyDeleteSalam follower baru Lo di ig, blog and vlog :)
Makasih selalu meninspirasi dan gue ngerasa punya pemikiran yang hampir sama dengan mba gita... gue juga sering nulis blog tapi jarang bacain blog orang lain dan ga sengaja ketemu blognya mba gita,,kapan bisa ngobrol bareng mba gita yaa? hmmmm
ReplyDeleteSepakat. Life is not a race. Setiap org punya prioritasnya masing2.
ReplyDeleteDua bulan belakangan ini tepatnya setelah gw berulang tahun yg ke-20, I have an issue about "life goals", I've been thinking like "gw udah umur segini tapi belum ada satupun dari bucket list gw yg tercapai", belum lagi omongan-omongan dari lingkungan sekitar. It was stressing me out and ruined my mind, gw ubah semua plan yg udah tertata rapih dengan pikiran "gw udah umur 20, gak ada waktu lagi" and I'm ended up racing with my life.
ReplyDelete.
Dan ya, bisa dibilang hidup gw kacau 2 bulan ini, like literally gw jadi sensi-an, moody, senggol bacok, bener-bener gak bahagia deh. Til' I found this isnpiring writing of yours. How crazy it is, sebuah tulisan mampu mengembalikan seorang bocah labil ke akal sehatnya.
.
Hiduplah dengan baik dan penuh makna karena kita hanya hidup sekali. LIFE IS NOT A RACE.
.
Thankyou so much.
God will always bless you.
Ini yang diselipin di buku rentang kisah kan ya. Btw, gue INFJ kak. Bedanya lo thinking, gue pakenya feeling haha. Daebak lah pokoknya blog lo kak 👍🏻
ReplyDelete