by Gita Savitri Devi

12/30/2018

Thank you, next.

Tulisan terakhir di tahun 2018 ini saya dedikasikan untukmu, Gita.

Terima kasih karena sudah menjadi pribadi yang selalu memiliki rasa ingin tahu, ingin mengerti, dan tidak mudah menerima begitu saja semua tradisi dan hal-hal yang kamu temui. Semangatmu untuk terus belajar dari apapun dan siapapun tidak pernah padam karena untukmu, dunia bukan sekadar untuk dihidupi dan dialami, tapi juga dipelajari.

Terima kasih karena sudah memilih untuk berteman dan menghargai orang-orang di sekitarmu. Tanpa melihat warna kulitnya, agamanya, ataupun dari mana dia berasal. Aku sangat menghargai keputusanmu untuk menjadi pendengar, merangkul, dan bersuara ketika ada orang yang tersakiti. Ketika banyak orang di dunia ini yang egosentris, berteriak-teriak di depan muka orang lain bahwa kebenaran hanya dimiliki oleh mereka, dan bahkan menyakiti hati manusia lainnya, kamu tanpa kenal lelah terus memperjuangkan keadilan bagi semua orang di dunia yang carut-marut ini sesuai kemampuanmu.

Terima kasih karena sudah bergabung dengan barisan orang-orang yang ingin mengubah dunia. Entah berapa banyak orang yang berkata bahwa itu hanya mimpi belaka. Entah ada berapa orang di luar sana yang menganggap dirimu keras kepala. Tapi kamu tetap percaya, walau harus mendapat ribuan hujatan di luar sana.

Butuh keberanian untuk bersuara saat dirimu tau akan ada banyak anak panah dilontarkan kepada dirimu. Butuh keberanian untuk bersuara saat dirimu tau akan ada banyak orang yang mencoba membungkam mulutmu. Tapi kamu ternyata lebih kuat dari yang kamu bayangkan. Cacian demi cacian, fitnah demi fitnah, kesalahpahaman demi kesalahpahaman. Segala perkataan yang meremehkan dan menghinamu, semuanya kamu hadapi tanpa membuatmu jadi mengurung diri. Kamu tetap berdiri bahkan lebih tegak lagi. Terima kasih karena sudah menjadi wanita yang berani.

Di dunia yang misoginis ini, tidak jarang kamu disalahkan karena kamu tidak sesuai dengan stereotip gender yang mereka tau. Mereka tidak terbiasa melihat wanita yang lantang menggunakan suaranya untuk kebaikan. Teguhnya pendirianmu pun disalahartikan. Kepalamu keras, seperti batu katanya. Kamu dianggap selalu merasa paling benar dan sulit menerima kritik mereka yang sarat akan makian. Kamu yang bersuara jika ada orang menginjak harga dirimu, dianggap terlalu sensitif dan emosional seperti wanita yang sedang sindrom pre menstruasi.

Gita, jangan takut untuk selalu menjadi dirimu.
Kamu yang tangguh,
kamu yang gigih,
kamu yang blak-blakan,
kamu yang benci ketidakadilan,
kamu yang benci kezaliman.
kamu yang peduli pada kemanusiaan.
kamu yang ingin membuat dunia sedikit lebih baik.

Jangan berubah hanya karena ingin menyesuaikan keinginan mereka.
Jangan berubah hanya karena mereka tidak bisa mengerti dan menerimamu apa adanya.
Jangan berubah hanya kamu merasa kamu terlalu aneh dan tidak seperti stereotip wanita pada umumnya.
Jangan berubah hanya karena mereka bilang kamu tidak cukup baik untuk lingkunganmu maupun agama.
Jangan meminta maaf untuk sesuatu hal yang tidak kamu lakukan.
jangan meminta maaf karena kamu sudah melakukan kebenaran.

Gita, Ibumu pernah bilang untuk tidak tinggal diam jika melihat suatu kesalahan. Tetaplah pada pendirianmu. Tetap lanjutkan perjuanganmu. Tetap percaya pada keyakinanmu walau kamu harus mengorbankan dirimu.

Gita, terima kasih sudah mengizinkanku untk belajar dari dirimu. Aku ingin kamu dan aku bisa terus maju sampai Tuhan memerintahkan malaikatNya untuk menjemput dan mengantarkan kita ke tempat yang lebih baik, lebih damai, dan lebih tentram ketimbang dunia memuakkan ini.
Share:
Blog Design Created by pipdig